"Tutup pintu dan ambil kelewang. Anjing-anjing ini membuang kayu-kayu cendana dan memaksa saya untuk bersimpati pada perang mereka."
Kutipan ini sangat jelas sekali menggambarkan betapa dendamnya hati Ain Iba dengan para tentara yang selalu memeras masyarakat sipil dan selalu mengangap kaum perempuan tidak mengerti tentang perang. Dengan tindakan pembunuhan yang mengejutkan dan penuh resiko, Ain Iba ingin menunjukan bahwa setiap manusia itu memiliki kemampuan yang sama.
Hemat saya, cerpen ini mengandung nilai moral dan sosial untuk disajikan kepada pembaca. Pengarang dengan gamblang menceritakan setiap kejadianya sehingga apa yang dituliskan oleh pengarang langsung tergambar dalam pikiran pembaca. Cara perilaku toko utamanya sangat sangat bebas, karena segala pergulatan batin diakhiri dengan tindakan yang mengejutkan dan penuh resiko untuk mencapai tujuan pribadi tokoh.
Melalui cerpen ini pengarang sebenarnya mau mengaris bawahi dua hal penting yakni kutukan bagi zaman penjajahan dan perjuagan perempuan terhadap hak-hak mereka. Ada beberapa pesan yang perlu kita perhatikan bersama dari pengarang atau toko utama Ain Iba dalam cerpen ini. Pertama, pengarang menyadari bahwa perang telah membawa banyak penderitaan bagi masyarakat sipil. Kedua, setiap orang harus menyadari bahwa pada dasarnya manusia itu bebas dan dengan kebebasan itu manusia bisa memilih apa yang hendak dibuat. Kita bisa memilih apa yang kita inginkan dan pada saat yang sama kita harus siap menerima semua konsekuensi-konsekuensi atas pilihan itu. Ketiga, setiap manusia itu memiliki kemampuan yang sama, baik itu laki-laki maupun perempuan. Â Akhirnya setelah menelusuri cerpen Felix K Nesei ini, semoga kaum perempuan di zaman milenial ini terus memperjuangkan hak dan martabat mereka seperti watak toko Ain Iba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H