Dalam beberapa tahun terakhir, isu yang penting dan masih terus diperbincangkan adalah mengenai pertumbuhan penduduk dan ketersediaan sumber daya yang tersedia pada suatu wilayah. Perhitungan sumber daya yang tersedia harus dapat memperkirakan konsumsi serta penyerapan limbah yang diperlukan sebuah populasi manusia atau kegiatan ekonomi dalam bentuk luas lahan. Apabila jumlah konsumsi lebih banyak dibandingkan dengan ketersediaannya di alam, maka dapat diasumsikan bahwa tingkat konsumsi tidak didukung oleh ketersediaannya di alam. Carbon Foodprinting ini digunakan untuk mengukur emisi gas rumah kaca yang berhubungan dengan aktivitas manusia.
    Dengan menghitung jejak ekologi, dapat dimanfaatkan oleh individu maupun kelompok untuk dapat mengetahui seberapa besar sumbangan emisi karbon yang tersedia di bumi pada suatu periode tertentu. Atau dengan kata lain, perhitungan jejak karbon digunakan untuk mengukur paparan karbon aktif akibat gaya hidup dan konsumsi langsung individual atau kelompok terhadap barang atau jasa.
Studi kasus I:
Studi Kasus Jejak Karbon Sektor Energi D.I.Yogyakarta dan Rekomendasi Jumlah Pohon yang Harus Ditanam untuk Reduksi Emisi Gas CO2
    Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga peningkatan kebutuhan energi pun tak dapat dielakkan. Peningkatan konsumsi energi listrik tentu menyebabkan eksternalitas negatif terhadap kualitas lingkungan. Seperti yang diketahui energi listrik yang dikonsumsi tersebut dominan berasal dari bahan bakar fosil, sehingga dapat meningkatkan intensitas emisi gas rumah kaca dan memperburuk kualitas lingkungan.
    Gas CO2 yang dihasilkan dari konsumsi energi listrik tidak memiliki sifat racun, namun bila terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar maka akan memampat dan berkumpul di atmosfer sehingga menyebabkan suhu udara di bumi meningkat. Upaya yang seharusnya digalakkan oleh pemerintah untuk menekan konsentrasi gas CO2 di udara yaitu dengan cara penambahan area hijau atau ruang terbuka hijau. Karena satu-satunya makhluk hidup yang dapat menyerap karbondioksida adalah tumbuhan. Kemampuan yang dimiliki tumbuhan ini dapat menghasilkan energi dan oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.
Studi kasus II:
Studi Kasus Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Dalam Kegiatan Belajar Di Rumah Secara Online: Analisis Jejak Karbon (Carbon Footprint Analysis)
    Penggunaan BBM oleh kendaraan bermotor juga menjadi unsur yang signifikan mengalami peningkatan, terutama  transportasi  darat dan merupakan salah  satu  faktor  yang meningkatkan jumlah kendaraan pada masyarakat. Dapat dipastikan bahwa adanya peningkatan konsumsi energi juga akan berbanding lurus dengan peningkatan emisi karbon ke lingkungan. Proses jeda penggunaan energi dalam pembelajaran di rumah selama pandemi Covid 19 di Perguruan Tinggi berpotensi turut menyumbang penurunan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar.
    Berkurangnya kegiatan dan mobilitas sehari-hari manusia menyebabkan munculnya gejala positif terhadap lingkungan yaitu Auto Restorasi (perbaikan otomatis). Meski hal tersebut dinilai masih terlalu dini untuk disimpulkan, namun apabila didasarkan pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa setidaknya dari segi konsumsi energi telah menghasilkan penghematan atau efisiensi secara signifikan. hal ini diyakini turut mendorong peningkatan kualitas udara dan pengurangan emisi gas rumah kaca di atmosfer.
    Berdasarkan perspektif teknik lingkungan dalam pengembangan jejak ekologi karbon berperan sebagai pengembang, pelestari serta penanggulangan adanya keberlanjutan jejak ekonomi lingkungan dalam penanganan gas-gas pencemar di udara. Seperti : perencanaan pembukaan lahan wilayah hijau di perkotaan atau di lokasi yang direncanakan, membuat energi terbarukan, dan mengimplementasikan kebijakan terkait AMDAL yang berlaku. Solusi yang dapat di lakukan masyarakat dalam menangani masalah gas CO2 yakni :
- Mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi menjadi transportasi umum atau berjalan kaki. Asap kendaraan pribadi merupakan salah satu penyebab adanya polusi udara. Dengan beralihnya penggunaan kendaraan pribadi menjadi transportasi umum dan berjalan kaki dapat meminimalisir adanya pencemaran udara yang berlebihan akibat dari asap kendaraan itu sendiri. Kegiatan mobilitas lain yang dapat dilakukan adalah  bersepeda atau berjalan kaki.
- Tidak membakar sampah. Persepsi orang berpendapat bahwa dengan membakar sampah dapat mengurangi jumlah tumpukan sampah yang ada. Padahal, dengan melakukan kegiatan ini dapat menjadi salah satu penyebab adanya polusi udara. Asap dari hasil pembakaran sampah berbahaya bagi kesehatan tubuh karena banyak zat yang mengandung racun di dalamnya. Paparan asap pembakaran sampah atau kabut asap dalam jangka yang panjang dapat meningkatkan resiko akan adanya permasalahan kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan, gangguan jantung dan paru-paru, serta kanker.
- Pengurangan konsumsi rokok. Asap rokok adalah salah satu sumber akan adanya polusi udara yang masih dianggap sepele oleh beberapa orang. Asap rokok mengandung berbagai macam bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari udara, hal ini dapat membuat udara lebih tidak sehat untuk dapat dikonsumsi oleh tubuh.
- Pembatasan pemakaian listrik. Penggunaan dan pemakaian energi listrik di Indonesia masih menggunakan bahan bakar minyak dan batu bara. Hasil dari bahan bakar ini akan menghasilkan polusi dan asap yang dapat mencemari udara, akibatnya akan muncul berbagai macam penyakit yang dapat menyerang apabila tidak ditindaklanjuti lebih jauh.
- Penanaman pohon. Penanaman pohon dapat membuat udara yang ada di alam lebih bersih. Pohon merupakan penyaring udara yang ada di bumi dan dapat menghasilkan oksigen yang dapat digunakan untuk kegiatan bernapas manusia. Dengan adanya penanaman pohon, akan mengurangi dampak pencemaran udara dari kontaminan-kontaminan gas beracun.