Belakangan ini penyakit rabies kembali menggemparkan sosial media dikarenakan dampak mengerikan yang ditimbulkan dari virus tersebut. Rabies merupakan penyakit infeksi akut yang menular dan menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus. Virus rabies dapat menular melalui air liur, gigitan, atau cakaran hewan yang terjangkit rabies. Di Indonesia sendiri rabies biasa disebut dengan penyakit anjing gila. Namun, rabies tidak hanya dialami oleh anjing saja. Rakun, rubah, kelelawar, monyet, dan bahkan kucing juga bisa terdampak penyakit mematikan tersebut. Hewan yang berisiko tinggi untuk menularkan rabies umumnya adalah hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak mendapatkan vaksin rabies.
Secara statistik 98% penyakit rabies ditularkan melalui gigitan anjing, dan 2% sisanya ditularkan melalui kucing dan kera. 2% bukanlah jumlah yang bisa dianggap remeh untuk sebuah penyakit mematikan, karena kucing termasuk ke dalam salah satu hewan yang menjadi pilihan untuk dijadikan peliharaan. Menurut Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta mencatat pada tahun 2021 populasi kucing sekitar 2,8 juta ekor. Kucing juga masuk ke dalam hewan yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dimanapun dan kapanpun. Tidak jarang dari kita memberikan kasih sayang pada kucing liar dengan memberi makan atau bahkan mengelusnya, tidak menutup kemungkinan untuk kita mendapat cakaran dari kucing liar saat mereka merasa terancam,
Oleh karena itu sangat diperlukan pengetahuan mengenai gejala rabies yang terjadi pada kucing untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Diantaranya yaitu, terjadinya perubahan perilaku contohnya adalah biasanya selalu bersikap tenang, tiba-tiba menjadi penuh semangat atau gelisah, ataupun sebaliknya. Kucing yang terjangkit rabies juga menjadi lebih sensitif dan agresif dari biasanya, kesulitan dalam mengontrol air liur, serta mengalami kelumpuhan yang diakibatkan dari kehilangan kontrol pada otot tubuh. Kenali juga gejala rabies yang terjadi pada manusia, gejala tersebut biasanya meliputi demam atau menggigil, kesemutan, sakit kepala, merasa lelah atau lemas, serta kehilangan nafsu makan. Tahap gejala terburuk dari rabies bisa menyebabkan kram otot, sesak napas, halusinasi, koma, dan hydrophobia.
Menurut WHO, rabies merupakan penyakit yang menyerang ke sistem saraf pusat. Begitu virus tersebut bereaksi biasanya akan berkembang dan langsung menuju ke saraf otak, lalu menyebar ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan hydrophobia. Hydrophobia adalah ketakutan berlebihan terhadap air, hal itu mengakibatkan pengidapnya merasa ketakutan, atau panik berlebihan saat melihat, merasakan, mengecap, atau mendengar air. Hydrophobia terjadi pada tahap akhir dari infeksi virus rabies dan menyebabkan kejang yang tidak sengaja dan menyakitkan di tenggorokan, hal tersebut dapat terjadi saat pengidapnya minum atau berpikir untuk minum air.
Pertolongan pertama saat sudah terlanjur mengalami kontak dengan air liur atau terkena cakaran bahkan gigitan dengan hewan yang terjangkit rabies yaitu:
1. mencuci luka gigitan atau cakaran menggunakan air sabun selama 10-15 menit
2. Jika mengalami pendarahan aktif, tekan bagian yang terluka dengan kain kasa untuk menghentikan pendarahan
3. Lalu sangat disarankan untuk segera ke rumah sakit terdekat yang menangani penyakit rabies untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.Â
Dan jangan lupa untuk melakukan vaksin rabies sesuai dengan anjuran dokter agar membantu sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus rabies sehingga infeksi dan peradangan pada otak dapat dicegah.
Untuk mencegah agar kucing terhindar dari penyakit atau virus mematikan rabies maka diperlukannya vaksinasi, sehingga ketika terserang penyakit, sistem kekebalan tubuh sudah dapat mengenali gen penyakit dan tidak menunjukkan gejala sakit yang serius. Di Indonesia, secara umum terdapat empat jenis vaksin inti yang perlu diberikan pada kucing. Yang pertama yaitu vaksin Felin Panleukopenia (FPV), vaksin Feline Rhinotracheitis (FHV-1), vaksin Feline Calivivirus (FCV), dan vaksin Rabies. Dengan menerapkan vaksinasi tersebut, dapat meningkatkan kualitas hidup kucing tersebut dan para manusia pun dapat terhindar dari penyakit menular seperti rabies.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H