Mohon tunggu...
Safiya Fadlulah
Safiya Fadlulah Mohon Tunggu... Lainnya - Master's Student at PTIQ Jakarta

Melakukan kebaikan bagaikan nafas dalam hidup manusia. Bukan harap jasa dan imbalan manusia semata, namun Ridho Allah yang utama. Maka melakukan kebaikan sebanyak mungkin dalam hidup adalah target terbesar dan dengannya lahirlah target-target lainnya. Karena hidup manusia itu harus bertarget.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia, Paket Lengkap Kehidupan

7 Desember 2020   07:19 Diperbarui: 7 Desember 2020   07:24 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia hidup dalam porsinya masing-masing. Memiliki kelebihan, kekurangan, serta batasan waktu. Bagaikan nyala lilin yang akan padam pada waktunya. Kelebihan, kekurangan dan waktu yang dimiliki manusia pastinya merupakan pemberian mutlak dari Allah yang tidak bisa dinegoisasi lagi. Dan manusia tidak lagi memiliki pilihan lain selain menerimanya dengan ikhlas. Karena manusialah satu-satunya makhluk Allah yang menyanggupi untuk menerima amanat sebagai khalifah di bumi. 

Pilihan yang dapat manusia ambil dalam hidupnya adalah antara menjadi pribadi yang lebih baik dengan usaha maksimal atau hanya berpangku tangan menanti ketentuan-Nya. Karena Allah hanya mengubah keadaan suatu kaum sebagaimana yang mereka usahakan. Tidak akan ada input tanpa output. Tidak akan ada perubahan tanpa kita yang mengusahakannya. Karena setiap perbuatan yang kita lakukan akan ada balasannya. Meski hanya tersenyum kepada saudaranya. 

Dengan bonus akal dan hawa nafsu, manusia menjadi makhluk yang lebih baik dibandingkan dengan makhluk lainnya. Meski demikian manusia harus tetap berusaha memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Menjalani hidup dengan iringan kebaikan-kebaikan di sekitar kita. Dan menjadi salah satu kebaikan itu sendiri untuk menumbuhkan kebaikan-kebaikan lainnya. 

Ada sebuah suara yang selalu berbisik dalam diri manusia, ia adalah suara hati yang selalu menyuarakan kebaikan. Namun kadang kala terabaikan begitu saja seolah ia hanyalah angin lembut yang berlalu. Keberadaannya tiada arti bagi beberapa orang. Di mana mereka lebih mengutamakan hawa nafsu mereka bahkan terkadang logika pun terkalahkan. Manusia memiliki paket lengkap dalam hidupnya yang seharusnya bisa digunakan secara seimbang dalam hidupnya.

Akal, hawa nafsu dan hati adalah satu kesatuan yang saling terikat dan berhubungan satu sama lain. Keberadaannya merupakan sebuah anugerah besar dari-Nya yang tidak bisa diingkari, maka harus dimanfaatkan secara bijak. Dengan kesatuan inilah hidup manusia menjadi terarah dan berkah. 

Kualitas manusia akan semakin baik bila dapat memaksimalkan ketiganya. Hingga jadilah manusia itu makhluk yang benar-benar sempurna usahanya dengan ketiga hal tersebut. Karena kesempurnaan itu ada dengan usaha yang sempurna dan bukan karena apa adanya. Sejatinya, tiada makhluk yang benar-benar sempurna. 

Jika ada pilihan untuk melakukan dengan maksimal dan hasil terbaik, kenapa tidak? Bila masih ada waktu dan kesempatan maka sudah seharusnya manusia berproses menuju jalan dan usaha yang lebih baik dari sebelumnya. Meninggalkan keburukan masa lalu dan menjadikannnya pelajaran sebagai bekal menghadapi hari baru. Karena hidup selalu berjalan hingga pada masanya nanti dunia ini akan hancur dan tidak memberikan kesempatan lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun