Dag dig dug jantungku berdebar ketika menanti sebuah pemberitahuan yang mungkin nantinya akan merubah hidupku, bahkan matiku kelak. Aku pejamkan kedua mataku sambil berdoa dalam hati agar diberikan yang terbaik oleh Tuhan.
Ternyata, apa yang kuduga terjadi juga! Aku menerima keputusan itu. Aku menerima kabar baru bahwa aku harus merubah hidupku. Dan mungkin inilah jalan itu, jalan yang terbaik yang diberikan oleh Tuhan. Dan akhirnya, umurku tinggal sebulan lagi.
Huffhh...dalam waktu sebulan aku harus merubah diri, introspeksi, serta mempersiapkan segalanya untuk kehidupanku kelak. Aku sedih sekaligus bahagia. Sedih karena harus berpisah dengan semua yang telah memberikan aku kenangan terbaik dalam hidupku, sedih harus berpisah dengan sosok-sosok yang telah memberikan aku arti hidup yang sesungguhnya, sedih karena aku harus tinggal sebagai kenangan bagi mereka. Tapi aku juga bahagia, bahagia karena aku telah menemukan jalan hidupku, jalan hidup yang mungkin bisa membawaku pada kebahagiaan abadi, bahagia karena di sinilah ridho dan ikhlas Tuhan kudapatkan. Ahh..rasanya ingin kupercepat waktu, karena umurku tinggal sebulan lagi.
Kini aku tinggal menghitung hari sembari kupandangi satu demi satu wajah-wajah lelah dan pasrah di sekelilingku. Aku tahu mereka kuat dan tegar akan kepergianku kelak. Aku juga yakin mereka akan menemukan jati diri mereka yang sesungguhnya serta terus melanjutkan perjuangan yang pernah aku dan mereka bina bersama. Kupendarkan pandanganku ke benda-benda yang pernah menjadi saksi hidupku di sini. Lemari itu, ya lemari itu pernah jadi saksi bisu aku menghasilkan berbagai macam karya sastra dan hal-hal lain untuk sosok-sosok muda tanpa dosa. Meja dan kursi itu, merekalah saksi bisu yang setia menemani aku, menemani keluh kesahku, serta perjuanganku melawan waktu. Pintu itu, dialah yang selalu kulewati dalam rangka memperjuangkan nasib dan hidupku. Jendela, TV, diding, rak buku, dan masih banyak benda lainnya yang telah jadi saksi sejarah hidupku di sini. Ahh..dalam waktu dekat, aku tidak akan bisa bertemu dengan kalian lagi karena umurku tinggal sebulan lagi.
Akhirnya, hanya satu kalimat yang bisa kuucapkan, “Selamat tinggal, kawan”. Aku akan pergi darimu. Aku pergi memenuhi panggilan takdirku. Bukannya aku tidak mencintaimu lagi, tapi aku harus pergi, takdir telah menjemputku, kuatkan hatimu, lanjutkan perjuanganmu. Kelak, suatu saat kita mungkin bisa bertemu lagi. Amin...
PS: dedicated to PM School, my beloved school, where I could be “the real me”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H