Mohon tunggu...
Safitri Setyowati
Safitri Setyowati Mohon Tunggu... -

Safitri Setyowati, saat ini tertarik dengan hal-hal yang terkait dengan pendidikan dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyaksikan Arkeologi dari Tayangan Film

16 Oktober 2014   07:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:49 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arkeologi sebagai ilmu yang menceritakan rekonstruksi masa lampau, proses budaya, dan hal lainnya tentang masa lampau merupakan hal yang menarik untuk dinikmati salah satunya dengan diolah menjadi film; film mengenai arkeologi. Beberapa film yang telah diproduksi dan telah menarik penonton cukup banyak ialah film dengan judul Indiana Jones and the Last Crusade (1989), Boy on a Dolphin (1957), King Solomon’s Mines (1985), Legend of the Lost (1957), The Mummy (1932), dan Lara Croft Tomb Raider (2001). Film-film tersebut dapat dikatakan sukses menjaring massa meskipun begitu tetap ada pro dan kontra karena sebagian besar film tidak sesuai dengan hasil penelitian atau ilmu arkeologi yang sesungguhnya dan pula karena ada imajinasi atau fantasi yang keluar dalam pembuatan film. Namun jika menyajikan film sesuai ilmu arkeologi sekiranya masyarakat akan cenderung complain, tidak terhibur, dan merasa monoton karena mereka menganggap arkeologi merupakan suatu pekerjaan yang serius. Terlepas dari pro kontra itu, adanya film mengenai arkeologi membuktikan adanya umpan balik antara arkeologi dengan masyarakat secara umum, baik yang berperan secara langsung di dunia perfilm-an atau masyarakat penikmat film. Adanya umpan balik tersebut tidak terjadi di setiap negara termasuk di Indonesia.

Film mengenai arkeologi itu belum menjadi suatu hal yang menarik di Indonesia baik dari perusahaan film, sutradara, sampai dengan masyarakat sebagai penonton film. Hal terebut bisa diartikan bahwa belum ada minat khusus mengenai tampilan audio visual terkait arkeologi kemudian masyarakat juga belum memahami bahwa arkeologi menyajikan masa lampau yang seharusnya menyajikan banyak cerita yang dapat didokumentasikan ulang dalam bentuk film. Oleh karena itu diperlukannya usaha keras agar arkeologi dapat menjadi suatu yang bermanfaat dan diketahui oleh masyarakat umum kemudian mengenai film sebaiknya diperlukan pemahaman ilmu yang baik dalam memahami arkeologi supaya film yang dihasilkan dapat menghibur dan tetap memperhatikan ‘rambu-rambu’ ilmu arkeologi yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun