Mohon tunggu...
Safitri NurWafida
Safitri NurWafida Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswi

Hobi saya adalah bergerak dalam bidang kemanusiaan, menulis, dan mendaki gunung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Pendapatan Petani Padi di Sawah Kabupaten Pasuruan

30 November 2023   18:20 Diperbarui: 30 November 2023   19:03 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasuruhan adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki berbagai komoditas pertanian. Salah satu komoditas dengan hasil produksi paling besar di Kabupaten Pasuruan adalah Padi. Dengan kondisi tanah yang subur di berbagai daerah di kabupaten Pasuruhan, menjadikan lahan persawahan dapat ditanami berbagai varietas padi. Dari mulai Ciherang, IR-64, Membramo, Way Apu Buru, Cimelati, dan Cibogo. Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus terjadi semakin meningkatkan kebutuhan akan padi atau beras sebagai salah satu makanan pokok di Indonesia.

         

   Analisis pendapatan petani padi di Pasuruhan dapat dilakukan dengan melakukan wawancara dengan salah satu petani di kabupaten Pasuruhan, yaitu Bapak Syukur. Selain dari wawancara yang sudah dilakukan, informasi tambahan juga di dapat dari data yang tersaji di website Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 serta website berita lainnya berkaitan dengan komoditas padi. Dari wawancara yang sudah dilakukan bersama bapak Syukur didapatkan beberapa informasi, dari mulai biaya produksi yang dibutuhkan untuk dapat menanam padi. 

Biaya produksi yang dimaksud adalah biaya yang diperlukan dari tahap pembenihan hingga perawatan padi hingga siap panen. Dari penuturan Bapak Syukur biaya produksi yang dibutuhkan berkisar dari 2.500.000 hingga 3.000.000 rupiah. Biaya ini bergantung pada kondisi musim saat dilakukannya penanaman padi tersebut. Dalam kondisi musim kemarau biaya produksi lebih kecil dikarenakan hama yang ada di lahan persawahan relatif sedikit dibandingkan kondisi musim penghujan.

            Untuk keuntungan yang dapat di ambil dari panen padi yang sudah ditanam bervariasi, hal ini bergantung pada harga jual beras ataupun gabah yang terjadi di pasaran. Keuntungan bisa meningkat jika kondisi harga pasar sedang meningkat sehingga selisih biaya produksi dan harga jual semakin besar. Untuk harga jual gabah dalam kondisi sudah giling atau dalam bentuk beras, berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2023 menunjukkan harga 7.700 Rupiah/Kg beras. Sedangkan jumlah gabah kondisi sudah giling atau dalam bentuk beras yang di hasilkan oleh bapak Syukur berkisar di 2,1 ton dalam satu kali panen.

Padi tersebut di hasilkan dari penanaman padi di lahan seluas 3000 m2 milik Bapak Syukur. Sehingga dalam satu kali panen bapak Syukur kemungkinan bisa mendapat harga jual seluruh berasnya seharga 16 juta Rupiah dalam 1 kali panen. Namun uang tersebut belum dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan, jika di hitung secara keuntungan bersih kemungkinan bapak Syukur bisa meraup keuntungan sebanyak 13 juta rupiah dalam satu kali panen.

            Dari angka keuntungan 13 juta rupiah memang terkesan banyak dalam satu kali panen, namun dalam menanam padi panen hanya bisa dilakukan 4 bulan sekali. Sehingga dengan keuntungan di setiap panen para petani harus bisa mengatur keuangan rumah tangga agar dapat digunakan selama 4 bulan sebelum panen selanjutnya. Jika dihitung dalam per bulan petani dapat menggunakan uang hasil panen sebesar 3 juta rupiah. Hasil ini masih cukup untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga seorang petani setiap bulannya.

Namun angka tersebut hanya bisa didapatkan jika kondisi musim tanam padi dan kondisi harga sedang bagus, jika cuaca sedang buruk ditambah dengan serangan hama yang tidak dapat dihindari kemungkinan keuntungan bisa semakin menurun. Sehingga bagi petani yang masih terus melakukan pekerjaan sebagai petani padi di sawah pendapatan yang didapat tidak dapat dipastikan dengan matematis secara pasti karna banyak hal yang bisa berubah sewaktu-waktu. Dari mulai biaya produksi yang dapat meningkat sewaktu-waktu hingga harga jual gabah yang kian merosot dapat memperburuk ekonomi dari seorang petani padi.

Author : Kalista

Kelompok : 05

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun