Dalam masa modern ini tentunya masih sangat sering terjadinya bullying pada sekolah-sekolah yang ada di indonesia, oleh karena itu saya akan menjelaskan bagaimana cara untuk menyikapi bila terjadinya bullying atau perundungan di lingkungan sekolah? Dan apa dampak yang terjadi jika bullying terus berlanjut? Mari simak infonya bersama-sama.
Bullying atau juga disebut dengan perundungan merupakan sebuah kesengajaa
n dan bersifat berulang-ulang untuk menyakiti dan mendominasi orang lain. Bullying biasanya juga terdapat di sekitar sekolah. Bullying ini juga berdampak negatif terhadap kesehatan mental maupun fisik korban, bahkan dapat memicu tindakan menyakiti diri dan lebih parahnya hingga ada yang bunuh diri. ÂDikutip dari laman UNICEF tentang perundungan di indonesia menjelaskan bahwa 2 dari 3 anak perempuan atau laki-laki berusia 13-17 tahun pernah mengalami setidaknya satu jenis kekerasan selama hidupnya. 3 dari 4 anak remaja yang pernah mengalami salah satu jenis kekerasan adalah teman atau sebayanya. Bahkan 41% pelajar berusia 15 tahun pernah mengalami perundungan setidaknya beberapa kali dalam satu bulan, menurut studi PISA (program penelitian pelajar internasional) pada tahun 2018.
Dampak dari psikologis yang dialami oleh siswa yang menjadi korban bulyying bisa berupa stres dan depresi dan prestasi akademis yang buruk, gangguan psikologis yang terjadi pada siswa mungkin memiliki efek jangka panjang terhadap kesehatan mental dan lingkungan mereka. Dan tekanan psikologis yang disebabkan oleh trauma juga berlangsung lama dan memerlukan perawatan segera, oleh karena itu memahami tekanan psikologis yang dialami oleh siswa sangatlah baik untuk siswa untuk mengembangkan program anti perundungan yang efektif dan memberi dukungan kepada karyawan dalam mencapai program kesehatan mental anti-stres.
Peran lingkungan sekolah dalam mempengaruhi tingkat dampak psikologis dari tindakan bullying terhadap siswa.
Dampak Gangguan Kesehatan Mental juga Korban bullying sering mengalami depresi dan gangguan kecemasan, yang dapat menyebabkan perasaan putus asa dan kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya disukai. Dan Rendah Diri dan Kehilangan Kepercayaan Diri Bullying dapat merusak rasa percaya diri anak, membuat mereka merasa tidak berharga dan cenderung mengkritik diri sendiri. Isolasi Sosial Anak-anak yang menjadi korban bullying sering menarik diri dari lingkungan sosial, menghindari interaksi dengan teman sebaya, yang dapat memperburuk kondisi mental mereka. Pikiran untuk Bunuh Diri Dampak paling ekstrem dari bullying adalah meningkatnya risiko pikiran atau perilaku bunuh diri, terutama jika bullying berlangsung dalam jangka waktu lama. Gangguan Tidur Banyak korban mengalami kesulitan tidur, mimpi buruk, atau insomnia, yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan. Prestasi Akademik Menurun Stres akibat bullying dapat mengganggu konsentrasi dan motivasi belajar, sehingga prestasi akademik anak menurun.
Peran Guru dan Staf Sekolah Dalam Mencegah Bullying di Sekolah Peran guru dalam pencegahan bullying dimulai dengan kemampuan mereka untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal bullying. Guru, yang sering berinteraksi langsung dengan siswa setiap hari, dapat menjadi mata dan telinga di sekolah, mendeteksi perubahan perilaku atau tanda[1]tanda ketidaknyamanan yang mungkin menunjukkan adanya insiden bullying.
- Identifikasi dan Pengawasan Guru dapat mengamati perubahan perilaku siswa, mengawasi interaksi di kelas dan di luar kelas, serta merespons laporan insiden bullying yang terjadi.
- Pendidikan dan Kesadaran Guru dapat mengadakan diskusi kelas tentang masalah-masalah sosial, termasuk bullying, dan mengajarkan siswa tentang dampak negatif dari perilaku bullying tersebut. Guru juga dapat mempromosikan kesadaran tentang pentingnya menghormati orang lain dan mendukung sesama.
- Menjadi Contoh Perilaku Positif Siswa cenderung meniru perilaku yang dilakukan guru, sehingga guru memiliki kesempatan untuk memberikan contoh yang baik dalam hubungan antar-siswa.
- Intervensi dan Dukungan Guru dapat berperan sebagai mediator dalam menyelesaikan konflik antar siswa dengan cara yang konstruktif. Hal ini memerlukan keterampilan dalam mendengarkan, mengelola konflik, dan membantu siswa menemukan solusi yang saling menguntungkan.
- Pelaporan dan Kolaborasi Guru juga memiliki tanggung jawab untuk melaporkan insiden bullying kepada pihak sekolah yang berwenang, seperti kepala sekolah atau pengawas sekolah. Selain itu, mereka harus berkolaborasi dengan rekan guru, staf sekolah, dan orang tua untuk memastikan bahwa tindakan pencegahan bullying dilakukan secara konsisten dan efektif
- Peningkatan Kemampuan 13 Penting bagi guru untuk terus meningkatkan kemampuan mereka dalam mencegah bullying. Hal ini melibatkan pelatihan dan pengembangan profesional yang memungkinkan mereka mengidentifikasi tanda-tanda bullying dengan lebih baik
Keterlibatan orang tua dalam mengatasi bullying Orangtua memiliki pemahaman yang lebih mendalam mengenai masalah, latar belakang, dan kebiasaan anak-anak mereka dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, diperlukan berbagai strategi untuk mendukung program anti-perundungan dengan pendekatan multikultural. Orang tua memiliki peran penting sebagai penghubung dengan guru anak-anak mereka, guna bisa mengevaluasi dan memonitoring dari kegiatan akademik yang dilakukan oleh anak. Dalam konteks pendidikan, peran serta orang tua sebagai bagian dari human relation di sekolah bukan hanya tentang mendukung akademik anak-anak mereka. Tetapi juga melibatkan upaya dalam menciptakan budaya sekolah yang positif, mendukung perkembangan sosial dan emosional siswa, serta mempromosikan nilai-nilai seperti kerjasama, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H