Guru harus pandai mengontrol emosinya secara baik dan canggih. Jangan sampai mencampuradukan persoalan pribadi dengan masalah sekolah. Bila guru ingin meluapkan emosi yang sulit dibendung dihadapan siswa, hendaklah dengan cara duduk, jangan dengan berdiri apalagi dengan berkacak pinggang.
Ketika guru meluapkan emosinya kepada seorang murid, maka hal tersebut akan memberi dampak besar kepada murid. Murid bisa jadi akan semakin melunjak kepada guru.
hal yang harus dilakukan guru, ketika emosi adalah dengan cara memperbanyak mengingat Alloh, lembutkan hati dengan istighfar. Namun apabila amarah belum reda, cobalah dengan berbaring sejenak, dan bila dengan berbaring masih belum mampu mengendalikan perasaan marah maka, hendaklah mengambil air wudhu /cuci muka. Api amarah akan padam mereda bila disiram dengan air.
Hindari Prakonsepsi Negatif
Dalam menghadapi siswa yang bikin ulah dikelas, selaiknya guru jangan mudah terbawa arus emosional yang bersifat negatif. Stempel atau cap negatif akan menyebabkan hubungan guru dan murid menjadi tersekat, tidak netral, bahkan penuh dengan prakonsepsi negatif. Untuk menghindari hal seperti itu guru harus mampu menjadi sosok yang pemaaf.
Seorang guru harus memahami bahwa anak berbuat kesalahan lebih karena dorongan naluri kekanak-kanakannya ketimbang pertimbangan rasionalnya. Buatlah kondisi interasi kembali netral dengan maaf. Membimbing murid dengan cara yang halus dan lembut, maka perlahan mereka akan mengerti dan mau berubah untuk menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H