Hatiku pilu, memikirkan tentang negeriku
banyak porak poranda terjadi, bencana menyerang tanpa henti
Hatiku gemuruh, mengingat tentang negeriku
saling serang saling menggerutu, politik carut marut jelang pemilu
Hatiku bergetar, memandang tentang negeriku
kesedihan melanda mereka yang papa, si berdasi terus menimbun harta
Hatiku marah, membayangkan tentang negeriku
keadilan tak berpihak pada yang lemah, penguasa menjadi semakin pongah
Hatiku berkeluh, membicarakan tentang negeriku
saat negeri seberang mendulang prestasi, negeriku hanya mendulang malu
saat negeri seberang menjaga kedamaian, negeriku hanya menebar kebencian
saat negeri seberang menjalin ikatan, negeriku menjadi tercerai berai
tak sedikit nyawa melayang, karena dendam tak berkesudahan
maling terus teriak maling, penjahat bertopeng menjadi pahlawan
mereka yang mencari makan di negeri orang, pulang hanya meninggalkan kenangan
saat raga berjuang untuk perlindungan, tak ada hukum yang membebaskan
Hatiku gelisah, melukiskan tentang negeriku
pengguna narkotika merajalela, korupsi menjalar seperti pemangsa
saat kekerasan terus terjadi, hukum tak mampu melindungi
saat pejuang HAM menagih kebenaran, dihujani dengan sindiran
Hatiku nelangsa, mendengarkan tentang negeriku
saat dunia bergerak maju, negeriku hanya memutar dijalan berliku
Hatiku merindu, berdoa untuk negeriku
agar keadilan kembali ditegakkan, kebenaran dapat diungkapkan
bencana tak lagi datang, penjahat tak diselamatkan
hukum dapat melindungi yang lemah, mendobrak penguasa yang pongah
Hatiku berharap, memimpikan tentang negeriku
untuk tetap menjadi kuat dan utuh
tak lagi membuat rakyat kelu, pilu dan malu
tetap menjadi negeri kebanggaan anak cucu
Kolong Langit, 27 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H