Safiratul Hikmah_Mahasiswa FKIP UNISSULA_34202200030
Artikel ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Matematika Inklusi yang diampu oleh Ibu Nila Ubaidah, M.Pd.
Mandiri adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan hidup, serta percaya terhadap ide-idenya , yang dapat diselesaikan dengan tuntas dengan kukuatan sendiri. Sehinga ketika seseorang berupaya untuk mencapai sesuatu tujuan, maka tidak akan pernah mengalami hilang kekuatan. Tidak hanya itu, mandiri juga membantu menyiapakan mereka untuk siap menghadapi tantangan dunia diluar.
Para ahli menyebutkan bahwa kemandirian merupakan salah satu jiwa wiraswasta yang tumbuh dan berkembang seiring dengan pemahaman dan konsep hidup, yang mengarah pada kemampuan, kemauan, keuletan, ketekunan dalam menekuni bidang yang digeluti
Anak berkebutuhan khusus memiliki keahlian tersendiri yakni kemandirian, karena mereka kesulitan untuk mengendalikan dirinya sendiri. Sehingga diperlukan proses belajar, latihan, dan pengulangan untuk menguasai kemampuan tersebut.
Proses belajar kemandirian pada anak berkubutuhan khusus membutuhkan waktu yang cukup lama dan jauh lebih menantang dibandingkan anak reguler, mereka membutuhkan intruksi dan arahan yang jelas saat belajar sesuatu kemampuan yang baru.Â
Langkah pertama yang harus dilakukan orang tua kepada anaknya yang berkebutuhan khusus yaitu memberikan pendidikan sejak dini, sehingga mereka mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak regular meskipun mereka memiliki keterbatasan fisik atau kognitif. Sekolah inklusi merupakan salah satu solusi mereka untuk belajar.
Sekolah inklusi merupakan tempat dimana siswa berkumpul dengan latar belakang dan kebutuhan belajar dalam satu lingkungan. Pendidikan inklusif telah menjadi perhatian serius dunia internasional yang dipelopori oleh berbagai organisasi internasional. Banyak negara yang telah memiliki kebijakan perundang-undangan untuk pendidikan inklusif berdasarkan perjanjian hak asasi manusia internasional seperti Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi (UNESCO, 1994) dan Konvensi PBB tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas (United Nations, 2006).
Konsep pendidikan inklusif bertujuan untuk menerima anak berkebutuhan khusus dalam kelas regular, dimana guru harus menggunakan berbagai pendekatan pengajaran, bekerja secara kolaboratif, dan menggunakan berbagai metode penilaian. Keberhasilan penerapan pendidikan inklusif bergantung pada keberadaan sistem pendukung, yang meliputi pelatihan guru, sumber daya untuk sekolah, dukungan sosial, dan partisipasi masyarakat, di antaranya dengan mengembangkan hubungan kolaboratif di antara staf dan dengan orang tua, serta hubungan kolaboratif dengan organisasi yang terlibat dalam masyarakat (Kantavong, 2017).
Seorang guru harus bisa menciptakan suasana dimana mereka merasa aman untuk mencoba hal baru dan melakukan kesalahan. Dengan memberikan dorongan dan bimbingan yang tepat, sehingga mereka akan lebih berani untuk mengambil inisiatif dalam belajar.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu metode yang efektif yang dapat diterapakan pada sekolah inklusi. Melalui pembelajaran berbasis proyek ini, mereka dapat bekerja mandiri maupun bekerjasama dengan temannya yaitu dengan mengembangkan keterampilan sosial dan kolaboratif. pembelajaran ini juga memberi kesempatan kepada mereka untuk menuangkan ide-idenya dan belajar dari teman-temannya.