Buat para Army aka fans dari boy grup BTS pasti sudah tidak asing dengan judul dari artikel ini "map of soul : persona". Pada tanggal 12 april 2019 lalu boy grup asal korea selatan BTS comeback dengan  mini album "Map of the Soul : Persona". saking lakunya,  album ini sudah terjual hingga 3,22 jt keping selama bulan April yang membuat gejolak "kepo" saya meningkat dan menggali informasi tentang album tersebut.Â
Menariknya saya menemukan fakta bahwasannya album ini ternyata terispirasi dari sebuah buku ciptaan Murray Stein berjudul Jung's Map of the Soul : An introduction, dirilis ada tahun 1998 berisikan tentang pemikiran-pemikiran dari Carl Gustav Jung seorang psikolog analitik. yang membuat saya jadi tertarik untuk sedikit mengulas tentang apa sih sebenarnya persona itu ?
Map of soul  ini dikenalkan oleh Carl Gustav Jung, seorang psikiater swiss  dan perintis psikologi analtik. Persona sendiri berasal dari bahasa latin yaitu "topeng" yang biasa digunakan oleh aktor dalam drama atau public face.Â
Bisa disimpulkan bahwa persona adalah topeng  yang kita  pakai saat berada di dunia luar, bagaimana kita yang mengingkan kesan baik pada pikiran orang yang sebenarnya berbanding terbalik dengan kepribadian asli kita, atau yang biasa kita sebut dengan "pencitraan". Â
Banyaknya tuntutan peran dalam lingkungan sosial Seperti Tuntutaan sebagai seorang suami, Â sebagai seorang istri, seorang ayah, ibu, anak, pelajar, pekerja, dan lain-lain, membuat kita memakai "topeng" untuk memenuhi peran-peran tersebut.Â
Karena Dalam keadaan-keadaan tertentu kebayakan dari kita berusaha untuk terlihat baik, terlihat menyenangkan, dan terlihat ramah  bagi orang  lain karna ingin menyesuaikan diri dengan keadaan.
Ada banyak cara untuk melihat persona dari seseorang. Seperti melihat cara bicaranya, dari cara berpakiaannya, gerakan tubuhnya, dan sebagainya.Â
Seperti contoh saat kita berperan sebagai pekerja, pakaiaan yang kita pakai adalah pakaiaan yang rapi, penampilanpun jadi rapi, bersepatu formal, berbicara sopan  pada atasan, dan sebagainya. Tetapi ketika berada dalam situasi lingkungan yang berbeda maka kita akan mengganti topeng lagi.Â
Seperti saat kumpul dengan teman-teman, maka pakaiaan yang digunakan tidaklah formal, memakai sandal biasa, dan cara bicarapun menjadi lebih santai. Nah, Seperti inilah persona atau "topeng" yang kita gunakan untuk  berperan sesuai dengan tuntutan lingkungan kita. Â
Adapun kekurangan dari persona yaitu  bahaya ketika kita terbiasa dengan hanya satu persona
Atau satu topeng sosial saja. Misalkan persona kita saat berada dalam komunitas pecinta band indie yang mempunyai ciri khas memakai celana dengan bolong dilututnya, mengikuti cara bicara ala-ala anak indie, serta terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan dari komunitas tersebut dan membawa semua kebiasaan dari persona ini kemana-mana.Â