Mohon tunggu...
Safira Oktaviana
Safira Oktaviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pancasila dalam lintasan sejarah lahirnya semangat nasionalisme, bpupki dan ppki

11 Desember 2024   20:48 Diperbarui: 11 Desember 2024   21:36 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  • LATAR BELAKANG

Fondasi suatu bangsa adalah landasan yang memberi kekuatan pada negara. Indonesia memiliki Pancasila sebagai landasan negara yang menjadi sumber hukum bagi seluruh elemen negara. Pancasila sebagai dasar penyelenggaraan negara dan kehidupan warga negara disebut juga sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara.

Setelah dijajah oleh Belanda dan Jepang, rakyat Indonesia bersatu karena tekanan tersebut, yang memunculkan gerakan kebangsaan. Organisasi kebangsaan berkembang dari organisasi kedaerahan dan etnis menjadi organisasi nasional, dengan pertemuan antara organisasi dalam perjuangan untuk bangsa. Sini, rasa kebangsaan atau nasionalisme menjadi semangat perjuangan, terutama dengan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Kebijakan politik etika Hindia Belanda memberikan manfaat seperti pendidikan, yang membantu munculnya pemimpin pergerakan nasional di Indonesia. Pancasila terdiri dari lima sila: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, Keadilan.

PEMBAHASAN

Lahirnya semangat nasionalisme

Menurut Ensiklopedia Indonesia Jilid 4, nasionalisme adalah sikap politik dan sosial dari sekelompok bangsa dengan kesamaan budaya, bahasa, wilayah, serta cita-cita dan tujuan yang sama. Di Indonesia, nasionalisme mendorong perjuangan melawan penjajahan oleh kolonialis. Sejarah kebangsaan Indonesia dimulai dari perasaan senasib yang mengatasi perbedaan etnik, budaya, dan agama. Nasionalisme meningkat setelah pergerakan seperti Budi Utomo di 1908 dan Sumpah Pemuda tahun 1928, berlanjut hingga pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Organisasi Budi Utomo didirikan pada Rabu, 20 Mei 1908, sekitar pukul 09. 00, di Aula STOVIA dengan Bapak R. Soetomo sebagai ketuanya. Nama Budi Utomo diusulkan oleh M. Soeradji, terinspirasi oleh kunjungan Dr. Wahidin Sudirovsod ke Stovia dalam perjalanannya ke Banten. Istilah Budi Utomo menunjukkan penghormatan terhadap gagasan dan harapan untuk pendirian organisasi. Kegiatan awal organisasi ini melibatkan menghubungi pelajar dari kota-kota lain, seperti Sekolah Pertanian Bogor, Kweek School Bandung, Kweek School Yogyakarta, dan OSVIA di Magelang. Seiring dengan itu, cabang Budi Utomo dibentuk di kota-kota tersebut.

Sosialisasi yang dilakukan oleh Soetomo dan teman-temannya sangat berhasil, sehingga pada Juli 1908, keanggotaan telah mencapai 650 orang. Tugas mereka cukup berat karena masih berstatus pelajar, dan Soetomo berharap untuk mengadakan pertemuan guna meresmikan organisasi di seluruh Jawa, yang disebut Algemene Javaansche Bond. Upaya untuk menarik anggota banyak dilakukan dengan semboyan Java Vourit (Jawa Maju) dan Santosa Waspada Anggajoeh Oetomo. Tujuan utama dari Budi Utomo adalah untuk memajukan masyarakat India, bukan hanya Jawa, dan membantu masyarakat Jawa dalam menghadapi tantangan hidup melalui pengembangan spiritual yang harmonis.

Dengan cara yang sama, lahirnya Budi Utomo, yang memiliki ciri-ciri modern, mendapatkan perhatian yang bersifat baik maupun buruk. Faktor intern dan ekstern memengaruhi pertumbuhan gerakan nasional Indonesia. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam negeri antara lain:

  • Rasa senasib dan sepenanggungan atas penderitaan akibat penjajahan.
  • Kesatuan dibawah Pax Neerlandica memberi jalan kearah kesatuan.
  • Kemajuan di bidang komunikasi sehingga meningkatkan frekuensi pertemuan antara rakyat dari berbagi kepualauan.
  • Adanya pembatasan pemakaian bahasa Belanda, dan usaha popularisasi bahasa Melayu menjadi tali pengikat kesatuan yang ampuh.
  • Adanya undang-undang desentralisasi 1903 tentang pembentukan kota praja dan dewan-dewan kota praja memberikan pengetahuan kepada rakyat akan demokrasi modern.
  • Pengalaman sejarah bahwa semangat pergerakan merupakan reaksi atas semangat kedaerahan yang mempunyai banyak kelemahan.
  • Insprirasi kejayaan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit

Sedangkan faktor-faktor ekstern yang barasal dari luar dapat disebutkan antara lain sebagai beriku:

  • Adanya ide-ide barat yang masuk lewat pendidikan barat yang modern yang telah menggantikan pendidikan tradisional.
  • Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905 yang mengembalikan kemampuan bangsa kulit berwarna terhadap bangsa kulit putih.
  • Timbulnya pergerakan dan perjuangan bangsa lain yang menentang penjajahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun