Jember -- Stunting adalah salah satu ancaman kesehatan yang mempengaruhi pertumbuhan anak. Penyebabnya dapat dimulai sejak dalam kandungan maupun saat balita. Berdasarkan penelitian terdahulu (Ayudha et al., 2023), dapat diketahui bahwa semakin tinggi prevalensi pernikahan dini maka risiko stunting pada ibu-ibu muda menjadi lebih tinggi. Terlebih berdasarkan data dari Puskesmas Karangduren bulan Juli tahun 2024, Desa Gumelar menempati peringkat pertama terkait angka stunting tertinggi yaitu sebesar 74 orang.
Hal tersebut melatarbelakangi mahasiswa KKN kolaboratif kelompok 100 Â untuk mengadakan program sosialisasi terkait pencegahan pernikahan dini bagi para remaja. Tujuan dari kegiatan ini adalah pemahaman para siswa terkait faktor dan dampak akibat pernikahan dini. Sehingga mereka dapat fokus dalam melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas.
Untuk itu, diselenggarakan sosialisasi pernikahan dini pada tanggal 21 Agustus 2024 dengan sasaran siswa kelas 9 SMPN 3 Balung. Dalam hal ini, mahasiswa KKN bekerja sama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Balung sebagai pemateri yaitu Bapak Subaidi S.Pd.I, M.Pd. Beliau menjelaskan secara terperinci terkait pernikahan dini baik dari regulasi maupun faktual. Para siswa menanggapi penjelasan dengan aktif dan tertib. Â Dari kegiatan ini, diharapkan para siswa dapat memahami keterkaitan antara pernikahan dini dan stunting sehingga ke depannya dapat memutuskan menikah pada usia yang tepat. Â Â
Daftar pustaka:
Ayudha, M. D., Herowati, D. H., & Rochmah, T. N. (2023). Does Age of First Marriage Affect Stunting? (Ecological Analysis of the 2021 Family Data Collection and 2022 Nutritional Status Survey). Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(3). https://doi.org/10.30604/jika.v8i3.2237
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H