Mohon tunggu...
Safira Khairunisa
Safira Khairunisa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Smait nurul fajri

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Candi Prambanan sebagai Ikon peninggalan Kerajaan Bercorak Hindu

10 Agustus 2024   23:20 Diperbarui: 10 Agustus 2024   23:28 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

          Candi Prambanan adalah bukti sejarah dari bekas peninggalan kerajaan bercorak hindu di masa lalu yang masih berdiri kokoh dan dijaga keberadaannya hingga saat ini sebagai salah satu warisan peninggalan dunia dan sebagai bukti sejarah.  Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasati Siwagrha. Nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sansekerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.

            Apakah kalian sudah tahu mengenai awal mula nama dari candi Prambanan tersebut? Latar belakang mengenai berdirinya  candi Prambanan tersebut? Kapan candi tersebut didirikan Serta memerlukan waktu hingga berapa lama untuk membangun situs bersejarah tersebut? Nah, pada pembahasan kali ini saya akan membahas mengenai pertanyaan - pertanyaan terebut. Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para Brahman yang bermakna "Brahman Agung" yaitu Barhman atau realitas abadi tertinggi dan teragung yang tak dapat digambarkan, yang kerap disamakan dengan konsep Tuhan  dalam agama Hindu.

         Nama lain dari Prambanan dapat berarti 5 (lima) gunung yang dalam bahasa Khmer/Kamboja 5 (lima) adalah Pram dan banam adalah gunung . Hal ini menggambarkan 5 puncak gunung dari Himalaya di India. Mengingat pada saat yang sama dalam kronik Khmer bahwa Bangsa Jawa pernah menjajah Khmer salama 200 tahun dan Jayawarman ke 2 yang pernah di Jawa merupakan pahlawan yang membebaskan Khmer dari dominasi Jawa. Seluruh bagian kompleks candi mengikuti model alam semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi atas beberapa lapisan ranah, alam atau Loka.

        Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong, dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu. Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram. Berdasarkan prasati Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha.  Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan.

        Ciri khas arsitektur Candi Prambanan yakni berpedoman pada tradisi arsitektur Hindu dalam kibat Wastu Sastra. Model kompleksnya mengikuti model alam semesta yang menurut konsep kosmologi Hindu terbagi atas bebrapa lapisan tanah, alam, atau loka.Denah asli candi Prambanan berbentuk persegi panjang yang terdiri atas halaman luar dan tiga pelataran yakni Jaba di luar, Tengahan di tengah, dan Njeron di dalam. Pelataran luar saat ini hanya merupakan pelataran kosong dan belum diketahui apakah pada awalnya terdapat bangunan atau hiasan di pelataran ini.


        Pelataran luar dan tengah dahulu dikelilingi pagar batu yang kini telah runtuh. Di pelataran tengah terdapat candi-candi memusat yang bentuk dan ukuranya sama, yakni kuas denah dasar 6 meter persegi dan tinggi 14 meter.Hampir seluruh candi di pelataran tengah hancur dan yang tersisa hanya reruntuhannya. Sementara di pelataran dalam, terdapat tempat suci yang semula dikelilingi gerbang-gerbang. Saat ini, hanya gapura paduraksa di sisi selatan Candi Prambanan yang kondisinya masih utuh.


        Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sendok, yang mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab kepindahan pusat kekuasaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat mungkin disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar 20 kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi Prambanan mulai telantar dan tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi ini mulai rusak dan runtuh.


        Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta dan kasunanan Surakarta (Solo).

         Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons sebagai seorang arkeolog yang memiliki kewarganegaraan Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia selama pendudukan Inggris di Jawa. Sekitar waktu ini, Colin Mackenzie, seorang surveyor di bawah Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan kuil tersebut. Upaya restorasi berlanjut hingga hari ini. Pemugaran Candi Siwa, candi utama kompleks, selesai pada tahun 1953 dan diresmikan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno. Beberapa bagian candi telah dipugar, menggunakan batu baru, karena banyak batu asli  dicuri atau digunakan kembali di tempat lain. Sebuah kuil hanya akan dipugar jika setidaknya 75 biksu asli masih ada di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun