Kompasianer, pasti sudah tidak asing lagi dengan kata "Flexing'. Ya, menggambarkan tindakan atau perilaku seseorang yang berusaha menunjukkan atau memamerkan kekayaan material, status sosial, keterampilan, atau keberhasilan mereka dengan cara yang mencolok atau berlebihan.Â
Aktivitas ini sering terlihat dalam berbagai platform media sosial, seperti Instagram, di mana seseorang akan memposting foto atau video yang menampilkan barang-barang mewah, kendaraan mahal, liburan mewah, atau pencapaian lainnya dengan tujuan mendapatkan perhatian atau pujian dari orang lain. Mudahnya, flexing adalah kegiatan memamerkan sesuatu di sosial media. Â
Tidak hanya berlaku untuk pamer barang kekayaan, ternyata orang berbadan kekar, memamerkan otot secara berlebihan di media sosial juga termasuk flexing.
Lantas, apa saja yang menyebabkan seseorang melakukan flexing?
- Insecure ( tidak percaya diri ) : Ketidakpercayaan diri seseorang dapat menjadi factor utama ternjadinya flexing karena merasa tidak dianggap penting dan direndahkan oleh orang lain. Menurutnya, dengan melakukan flexing, ia akan lebih dilihat dan diperhatikan lagi oleh orang di sekitarnya.
- Tekanan sosial : Mengapa kok tekanan sosial bisa mendorong seseorang untuk melakukan flexing? Karena melihat orang lain hidup dengan kemewahan, memiliki perasaan ingin menyesuaikan diri dengan adanya tuntutan gaya dari kelompok orang orang sepergaulannya.
- Feeling lonely : Sebuah studi mengatakan 66 persen orang memilih mobil mewah dibanding mobil standar, walaupun masih banyak sisanya yang memilih mobil standar. Ketika seseorang merasa sepi, merasa sendiri ia akan melakukan apapun untuk mengundang orang lain datang ke kehidupannya, termasuk dengan cara flexing. Seseorang merasa lebih banyak memiliki teman dan lebih mudah menarik orang lain untuk dijadikan teman ketika ia terlihat memiliki banyak uang.
- Masalah kepribadian : Beberapa orang melakukan kegiatan flexing dikarenakan adanya gangguan atau permasalahan dalam kepribadiannya. Seperti kurangnya perhatian, sehingga membutuhkan pengakuan yang lebih serta ingin diperlakukan sama seperti orang orang lain di sekitarnya.
Tahun 2023 ini fenomena flexing mulai bermunculan bahkan sangat gempar. Dengan faktor faktor diatas, adakah dampak bagi yang dirinya sendiri setelah melakukan flexing? Jawabannya pasti ada. Karena segala sesuatu pasti ada sebab dan akibatnya. Simak dampak nya :
- Dapat mengganggu kepribadian : Â . Seorang psikolog di Knox College penulis buku The High Price of Materialism menjelaskan bahwa seseorang yang melakukan tindakan flexing memiliki sifat kurang empati, kurang prososial dan lebih kompetitif, sehingga akan mengakibatkan terganggunya kepribadiannya sendiri.
- Terasa sulit mendapatkan teman : Banyak yang mengira dengan melakukan flexing akan lebih mudah mendapatkan teman, nyatanya tidak dan justru sebaliknya. Orang yang melakukan flexing lebih berpotensi untuk tidak disukai atau bahkan dibenci oleh orang orang sekitarnya karena dianggap berlebihan.
Sebenarnya perlu gak sih flexing di 2023? Dengan adanya teknologi yang semakin berkembang ini justru banyak orang memanfaatkan untuk melakukan tindakan mempengaruhi. Menurut saya, boleh saja kalau mau flexing. Itung itung sebagai tanda apresiasi diri karena bisa mendapatkan hal hal tersebut, apalagi dengan usaha dan kerja keras sendiri.
 Tapi perlu diingat bahwa kita adalah makhluk sosial yang saling berhubungan, saling berkaitan, dan saling berdampingan. Kita juga harus memikirkan kedepannya, apa yang akan terjadi. Tidak boleh asal asal melakukan sesuatu tanpa pikir panjang. Jangan sampai hal hal yang menurut kita sepele malah menjadi boomerang di kehidupan kita nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H