Sebagai mahasiswa rantauan, saya sendiri sering mengalami kangen dengan suasana di rumah atau biasa disebut dengan "homesick".
Homesick sendiri adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan rindu atau kerinduan yang kuat terhadap rumah, tempat asal, keluarga, atau lingkungan yang ditinggalkan. Perasaan homesick sering terjadi ketika seseorang tinggal atau tinggal jauh dari rumah, seperti saat menjadi mahasiswa rantau, bekerja di luar kota atau negara, atau saat menjalani perjalanan jangka panjang.
Homesickness bisa melibatkan berbagai gejala dan emosi, seperti rasa kangen, kesepian, sedih, kehilangan, kecemasan, atau perasaan tidak nyaman. Orang yang homesick sering kali merindukan rutinitas, suasana, orang-orang terdekat, makanan, budaya, dan kenyamanan dari rumah atau lingkungan yang akrab.
Perasaan homesick adalah hal yang normal dan sering dialami oleh banyak orang. Ini adalah respons emosional alami terhadap perubahan besar dalam kehidupan dan lingkungan. Rasa rindu ini biasanya akan berkurang seiring berjalannya waktu saat seseorang beradaptasi dengan lingkungan baru dan menemukan kenyamanan di tempat baru.
Untuk mengatasi homesickness, penting untuk menjaga komunikasi dengan keluarga dan teman-teman, menciptakan koneksi dan jaringan sosial di tempat tinggal baru, menjaga kesehatan fisik dan mental, dan mencari kegiatan yang membawa kegembiraan dan perasaan positif. Terkadang, berbicara dengan orang lain yang mengalami hal yang sama atau mendapatkan dukungan profesional dari konselor atau psikolog juga bisa membantu mengelola perasaan homesickness.
Perlu diingat bahwa perasaan homesick adalah sesuatu yang normal dan dapat diatasi seiring waktu. Patience dan memberikan diri sendiri waktu untuk beradaptasi dan menemukan kenyamanan di tempat baru adalah kunci dalam menghadapi homesickness.
Saya adalah seorang anak asal Tangerang yang memilih untuk menuntut ilmu di daerah rantauan, Yogyakarta. Mengapa Jogja? Karena menurut saya, Jogja memiliki alasan tersendiri untuk membuat saya untuk tinggal. Ya, memang jauh dari kedua orang tua dan saudara, tapi ini adalah jalan yang sudah saya tentukan. Homesick sering kali saya rasakan.Â
Apalagi sebagai anak kost. Apa apa selalu teringat pada hangatnya suasana di dalam rumah. Suara candaan adik dan kakak, suara orangtua, masakan mama, ataupun nasehat papa. Sulit pastinya untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru, kota yang baru, suasana yang baru, pun orang yang baru.
Kalau di rumah biasanya makan tinggal makan, disini harus mikir dulu mau makan apa. Dirumah kalo mau tidur bareng adik kakak tinggal minta bareng kalo disini gabisa, harus tidur sendiri. Apa apa dilakuin sendirian. Teman ada, tapi rasanya tetap beda. Mungkin cerita ini mewakili teman teman yang juga sama saperti saya, homesick.Â
Rasa ingin pulang tapi masih banyak tanggungan yang harus diselesaikan di kota rantauan. Janji yang harus ditepati dan harus tetap dipegang ketika ditangguhkan untuk memilih belajar di kota rantauan. Inilah konsekuensi mahasiswa rantauan.