Sebagai seorang guru BK sebaiknya mempunyai rasa berempati yang tinggi tidak hanya bersimpati. Kenapa bisa begitu....? Simak penjelasan di bawah ini...
Rasa empati sangat diperlukan untuk guru BK sebab rasa empati adalah salah satu cara yang tepat untuk berinteraksi dengan siswa. Mempunyai rasa empati berarti merasakan keadaan identifikasi kepribadian yang lebih mendalam kepada seseorang, sehingga orang yang berempati akan melupakan atau kehilangan identitasnya sesaat.Â
Selain itu empati juga bisa dikatakan suatu aktivitas untuk memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh yang bersangkutan terhadap kondisi yang sedang dialami orang lain, tanpa yang bersangkutan kehilangan kontrol dirinya.Â
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empati merupakan suatu kondisi mental di mana seseorang bisa merasakan atau mengidentifikasi dirinya dalam kondisi emosional, perasaan, serta pemikiran yang serupa dengan orang lain maupun dengan kelompok lainnya. Kemampuan empati melibatkan kemampuan konselor untuk membaca perasaan siswa lewat pemahaman terhadap isyarat-isyarat nonverbal siswa.Â
Memiliki rasa empati, segala persoalan yang sedang dihadapi akan lebih cepat terselesaikan secara efektif dan efisien, karena perasaan tersebut dapat mendorong konselor untuk melihat bagaimana menyelesaikan masalah daripada menyerang orang lainnya.
Sedangkan rasa simpati berarti merasakan bersama-sama atau perasaan apa yang dirasakan sama yang sifatnya sentimentalis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) simpati diartikan sebagai keikutsertaan seseorang dalam merasakan perasaan orang lain, seperti senang, sedih, susah, gembira, dan lain sebagainya. Simpati ini biasanya muncul dalam hubungan kekeluargaan, bertetangga, dan persahabatan.
Contoh ketika rasa empati konselor mempengaruhi siswa; ketika siswa bercerita kepada konselor segala permasalahannya yang rumit sampai membuat frustasi dan menangis, seorang konselor tidak akan merasa sedih dan menangis pula melainkan merasakan emosi siswa dan mengendalikan diri untuk tidak terpengaruh siswa.Â
Jika si konselor simpati maka konselor akan menangis bersama klien, jadi bukannya seorang konselor menyelesaikan permasalahan  malah seorang konselor bersama-sama menangis dan tidak menyelesaikan masalah. Jika seorang mengeluarkan rasa empatinya seorang siswa akan tidak akan merasa penolakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H