Mohon tunggu...
Safira Ayuningtyas
Safira Ayuningtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hello! Welcome to my page :) "Now or never, try and keep trying, smile and always be gratefull"

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pandemi dalam Ranah Digital

2 Februari 2021   17:30 Diperbarui: 2 Februari 2021   17:34 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dunia tengah digemparkan dengan adanya pandemic Covid-19 yang mampu melumpuhkan seluruh sistem di penjuru dunia. Virus ini pertama terdeteksi di sebuah pasar hewan illegal Wuhan China pada 31 Desember 2019. Per-23 Maret 2020, terdapat 335.997 pasien positif dan 98.333 pasien berhasil sembuh[1]. 

Di Indonesia, kasus Covid-19 pertama kali dilaporkan pada 2 Maret 2020 yang menimpa warga Depok[2] dan dikonfirmasi secara langsung oleh Presiden RI, Bapak Jokowi dalam Instagramnya. Lantas dalam sekejap berita tersebut cepat menyebar dalam berbagai media sosial. Seluruh highlight dalam media sosial menjadi berita konfirmasi kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Indonesia termaksud Negara yang baru saja mendapat kasus Covid-19, tetapi belum ada 1 bulan jumlah pasien positif sebanyak 579, 49 pasien meninggal, dan 30 pasien sembuh[3]. 

Sebelumnya di media sosial ramai yang mengclaim jika masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang tahan akan virus corona karena kebiasaan masyarakat kita yang kurang hygiene dan menjadikan virus corona enggan mampir. Sarkasme itu berlangsung cukup lama, bahkan terjadi pula dalam akun mahasiswa kedokteran. Sarkasme tersebut digunakan untuk menyindir pihak pemerintah karena sampai saat itu belum ditemukannya 1 kasus pun dalam Indonesia, padahal mayoritas Negara Asia sudah mengkonfirmasi kasus tersebut. 

Netizen menilai pemerintah terlalu santai dan meragukan apakah kita memiliki pendeteksi corona tersebut. Untuk menangkan masyarakat dan sebagai langkah awal pencegahan Menteri Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia, dan beberapa akun kesehatan serta selebgram memberikan tutorial cara mencuci tangan menggunakan aplikasi Tiktok, hotline jika masyarakat merasa atau berkontak dengan seseorang yang baru saja berpergian di daerah pandemic, serta edukasi berupa infografik yang menarik melalui sosial media mereka. 

Seiring berkembangnya teknologi zaman sekarang, interaksi antar manusia bisa dilakukan dengan cara tidak bertemu langsung, seperti menggunakan telepon, dan perangkat komunikasi lainnya (Astari Clara Sari, Rini Hartina, Reski Awalia, Hana Irianti, Nurul Ainun, 2018). Penggunaan sosial media sangat efektif di era sekarang. 

Mayoritas masyarakat pasti memiliki akun sosial media, sehingga penyampaian edukasi tersampaikan dengan baik.  Fakta menunjukkan bahwa ada 132,7 juta orang menggunakan internet melalui gawai mereka. Ada 86,3 juta orang yang menggunakannya di pulau Jawa, angka itusekitar 65% dari total populasi yang menggunakan internet (Candrasari, 2019). 

Penggunaan Tiktok sebagai sarana edukasi juga dinilai sangat berhasil, karena masyarakat Indonesia saat ini sedang sering memainkannya, diiringi dengan music dangdut yang fun dan familiar disemua kalangan masyarakat menambah nilai plus dari penyampaian edukasi ini. Beberapa akun di media sosial juga selalu up to date tentang perkembangan Epidemi Covid-19 di Indonesia. Dengan ter up date nya informasi ini diharapkan masyarakat tenang dan tidak melakukan panic buying.

Berbicara masalah panic buying, setelah diumumkannya kasus pertama banyak masyarakat yang berbondong-bondong belanja kebutuhan pokok dan alat kesehatan. Mirisnya lagi mereka memanfaatkan situasi ini dengan menimbun aneka alat kesehatan seperti; hand sanitizer, surgical mask, hands coon, dan alcohol swabs. 

Setelah barang tersebut langka mereka menjual kembali dengan harga berkali-kali lipat di E-Comerce. Akibatnya rumah sakit atau klinik yang sangat membutuhkan alat kesehatan itu malah kehabisan stock. Banyak masyarakat yang tercekik dengan situasi ini, hingga akhirnya  salah satu akun E-Comerce ternama di Indonesia memblokir akun yang menjual alat kesehatan dengan harga yang tidak wajar. 

Situasi ini juga digunakan oleh sekelompok  oknum untuk melakukan penipuan di berbagai akun sosial media. Memanfaatkan situasi masyarakat yang panic mencari masker atau multivitamin, mereka membuat akun yang mengaku menjual berbagai alat kesehatan yang sedang dicari-cari masyarakat sekarang dengan harga murah dan miring. Mereka juga menggunakan bot agar viewers, like, dan comment mereka meningkat dan seakan-akan akun mereka itu trusted. Ketika masyarakat tertarik dan melakukan transaksi, nomor mereka akan di block sehingga mereka tidak bisa menghubungi penipu itu lagi. Mereka juga menghapus jejak dengan mengganti nama akun sosial medianya.

Panic buying terjadi karena masyarakat banyak mendapat berita hoax dari sosmed mereka. Akibatnya psikis mereka mengatakan "saya harus membeli kebutuhan hidup sebelum pandemic ini makin parah" atau " jika saya tidak membeli sekarang, maka barang akan semakin langka dan harga meroket". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun