Oleh : Safira Aprilia Widianingrum (Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Semarang) dan Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd., Dr (Dosen PGSD Universitas Negeri Semarang)Â
Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) seni rupa di sekolah dasar merupakan pendekatan yang efektif untuk mendorong kreativitas siswa sekaligus melibatkan mereka secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) dalam seni rupa mempunyai beberapa ciri. Pertama, pendekatan ini didasarkan pada proyek dunia nyata, di mana siswa diberikan tugas untuk menghasilkan karya seni yang konkret. Proyek ini tidak hanya mendorong kreativitas, tetapi juga memberi siswa pengalaman langsung dalam menciptakan karya seni. Kedua, pembelajaran bersifat kontekstual, di mana proyek seni yang dikerjakan siswa dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari atau lingkungan sekitar mereka. Ketiga, PjBL mengedepankan pembelajaran kolaboratif dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil. Melalui kolaborasi ini, siswa dapat bertukar pikiran, berbagi tanggung jawab, dan belajar menciptakan karya seni bersama. Terakhir, PjBL memberikan penekanan kuat pada proses kreatif. Siswa diajak untuk mengeksplorasi berbagai teknik dan media seni secara mendalam, sehingga proses penciptaan menjadi fokus penting selain hasil akhir. Hal ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang lebih dalam tentang seni rupa.Â
Langkah-langkah penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) dalam Seni Rupa di Sekolah Dasar diawali dengan identifikasi topik proyek, di mana guru dan siswa bersama-sama menentukan topik yang relevan dengan kehidupan sehari-hari atau lingkungan sekitar. Contohnya, siswa dapat memilih topik seperti "Pemandangan di Desaku." Setelah topik dipilih, tahap selanjutnya adalah perencanaan proyek, di mana siswa, baik secara individu maupun dalam kelompok, merancang proyek mereka. Mereka memutuskan teknik seni yang akan digunakan, seperti menggambar dengan pensil, melukis dengan cat air, atau membuat kolase, serta menyusun langkah-langkah untuk menyelesaikan karya seni tersebut. Pada tahap berikutnya, siswa menetapkan jadwal pengerjaan proyek dan menyepakati tenggat waktu yang harus dipenuhi. Setelah itu, siswa mulai mengembangkan produk seni mereka sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Guru berperan sebagai fasilitator, memberikan bimbingan dan arahan hanya jika diperlukan, memberi kesempatan kepada siswa untuk berkreasi dengan bebas. Setelah karya selesai, siswa melakukan presentasi di depan kelas dan memamerkan hasil karyanya. Pada tahap ini, mereka juga diajak untuk merefleksikan proses kreatif yang telah mereka jalani, serta menerima masukan dari teman-teman untuk memperbaiki dan menambah pemahaman mereka terhadap seni rupa.Â
Keunggulan Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) dalam Seni Rupa yaitu Pertama, PjBL mampu mengembangkan keterampilan kreatif siswa dengan mendorong mereka untuk berpikir inovatif dan menghasilkan karya seni yang unik. Kedua, pendekatan ini bersifat berpusat pada siswa, di mana mereka memiliki kontrol penuh atas proyek yang mereka kerjakan, mulai dari perencanaan hingga penyelesaian. Hal ini tidak hanya meningkatkan rasa tanggung jawab, tetapi juga memotivasi mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Ketiga, PjBL memberikan pengalaman belajar yang praktis dan realistis. Siswa terlibat langsung dalam proses pembuatan karya seni, sehingga mereka memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang teknik dan konsep seni melalui pengalaman nyata, bukan hanya sekadar teori. Terakhir, pembelajaran berbasis proyek juga berkontribusi dalam mengembangkan keterampilan sosial siswa. Melalui kolaborasi dalam kelompok, mereka belajar berkomunikasi, bekerja sama, dan menghargai pendapat serta ide orang lain, yang merupakan keterampilan penting untuk kehidupan sehari-hari dan masa depan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H