Di tengah kesedihan yang menimpa seluruh rakyat Indonesia atas kejadian beruntun serangan teroris biadap beberapa hari terakhir ini, ada saja oknum-oknum yang memanfaatkan situasi.
Betul, bahwa tahun ini merupakan tahun politik, tapi juga tidak semua dijadikan komoditas politik, apalagi di saat rakyat sedang berduka. Tak punya empati, nurani dan tak beradap namanya.
Bayangkan, para politisi yang tak bernurani ini memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, menggoreng isu terorisme untuk dijadikan bahan serangan kepada lawan politiknya.
Contoh teranyar adalah Fadli Zon. Ya, politisi yang tak kenal waktu nyinyir pemerintah itu memang keterlaluan. Di saat rakyat sedang berduka atas kejadian teror di Mako Brimob, Surabaya dan Sidoarjo, ia malah nyinyir dengan nyinyir lawan politiknya.
"Terorisme biasanya berkembang di negara yang lemah pemimpinnya, mudah diintervensi, banyak kemiskinan dan ketimpangan dan ketidak adilan yang nyata," katanya, melalui akun twitternya @fadlizon.
Apakah politisi ini merupakan bagian dari kelompok teroris tersebut, atau hanya ingin menebar ketakutan dan memberi kesempatan kepada mereka untuk kembali melancarkan aksinya? Entahlah.
Namun yang pasti, sebagai politisi yang menjadi panutan masyarakat, Â selayaknya tidak memperkeruh suasa dengan nyinyir lawan politik. Sebab, dengan begitu, secara tidak langsung ia telah mendukung dan memberi ruang kepada teroris untuk kembali melancarkan aksinya.
Sebelumnya, tindakan semacam ini sebenarnya sudah diultimatum oleh Kepala Badan Inteligen Negara (BIN) Budi Gunawan. Ia meminta agar peristiwa brutal yang terjadi di Mako Brimob beberapa waktu lalu tidak dipolitisir. Menurutnya, jika peristiwa ini dijadikan alat untuk tujuan politik pragmatis, hal ini akan membuat kelompok-kelompok intoleran, radikal dan teroris semakin besar kepala, sombong dan merajalela.
Dan benar saja. Setelah beberapa hari Budi Gunawan mengultimatum dan Fadli Zon tidak mengindahkan ultimatum tersebut (masih nyinyir), Minggu (13/5/2018), bom meledak di 3 gereja sekaligus di Surabaya. Tak berlangsung lama, bom kembali meledak di salah satu Rusunawa di Sidoarjo. Dan lagi-lagi hanya berselang beberapa jam kemudian, Senin (14/5/2018) pagi, ledakan bom terdengar di pintu masuk Polrestabes Surabaya.
Bayangkan, pasca tragedi Mako Brimob, bom meledak di 5 tempat sekaligus dengan selisih waktu yang hanya beberapa jam saja.