Dewasa ini, telah banyak kasus korupsi yang bertebaran didunia perpolitikan, bahkan hampir setiap politikus di Indonesia pernah melakukan dosa besar ini, seperti yang telah kita ketahui pada akhir-akhir ini, mulai dari pemerintah-pemerintah Malang beberapa bulan yang lalu, hingga bupatinya sendiri, telah terciduk dan  tertangkap basah oleh KPK.
Dalam kasus ini, kita sebagai mahasiswa, secara bijak dapat menyikapinya dengan mata terbuka, tentu kebanyakan dari kita akan berpikir negatif, tidak akan berpikir panjang jauh ke belakang untuk mengerti latar belakang sang koruptor, dan akan menolak berbagai alasan mereka dalam kasus 'berdosa besar' ini, entah mereka melakukannya sebab terpaksa atau bahkan amat disengaja, kita tidak akan mempedulikan itu, semuanya yang bernama korupsi tetaplah masalah besar.Â
Kita, mahasiswa pasti akan dengan spontan dan refleks menghakimi mereka dengan tatapan dan umpatan tajam, betapa tidak terimanya kita terhadap perlakuan lancang mereka, terutama dampaknya kepada masyarakat kecil yang semakin tercekik. Keegoisan dan kerakusan mereka (para koruptor) tidak akan berakibat baik kecuali kepada diri mereka sendiri, sehingga orang lain yang menjadi amat menderita.
Untuk cara memberantas korupsi sendiri tidak bisa dibilang mudah, dikarenakan taktik mereka lebih licik agar kabar korupsi mereka tidak tertangkap basah oleh publik. Yang sedang sering terjadi adalah setelah melakukan korupsi dengan jumlah yang besar, mereka (para koruptor) cenderung akan menyuap siapa saja yang terlibat didalamnya, seperti bawahannya, pegawai atau yang lainnya. Dengan kondisi tersebut, begitu menjadi berlipat-lipat kesalahan yang telah mereka perbuat untuk membangkrutkan bangsa.
Kasus korupsi sendiri tidak cukup hanya diberantas dan di beratkan undang-undang hukumnya, melainkan juga dicegah sejak dini, terutama untuk mahasiswa, dan siswa lainnya. Sejak dini, dalam pendidikan mereka, harus ditanamkan yang namanya pendidikan anti korupsi, yang mana dengan ini, mereka akan diajarkan semua perkara yang berhubungan dengan yang namanya korupsi, mulai dari faktor penyebabnya, baik internal maupun eksternal, hingga dampak dan hukum yang harus diterima oleh koruptor yang berhasil ditangkap oleh KPK. Sehingga kita tidak hanya memberantas dan menghukum, namun juga ada andil untuk mengajari generasi penerus bangsa agar tidak terjerumus didalamnya. Ini yang dimaksud dengan tindakan preventif, akan sangat membantu jika dicegah terlebih dahulu.
Sebagai mahasiswa, kita juga harus bersuara keras untuk tidak melakukan 'dosa' tersebut, bagaimana bangsa dan negara akan maju jika generasi bangsa terus saja melakukan warisan buruk leluhurnya, dengan hati dan pikiran yang mantap, kita tegaskan bahwa kita harus anti korupsi dan menempatkan segala sesuatu milik bangsa kepada tempatnya, tidak untuk urusan pribadi, foya-foya dan hedonisme. Tidak hanya dari abad ke-21 saja permasalahan ini terjadi, bahkan sebelum Indonesia merdeka pun, kasus ini sudah sangat marak dan banyak di lakukan, terutama oleh pejabat pemerintah.Â
Bisa juga dibilang, kasus ini malah menjadi sebuah budaya di Indonesia, sudah mengakar berpuluh-puluh tahun lamanya. Perlu dipahami, hukum saja tidak akan bisa berperan besar dalam mencegah kasus ini terjadi lagi dan lagi, walaupun hukum diperketat sekalipun, jika mereka tidak punya kesadaran, maka akan tetap saja kasus itu terlaksana.Â
Jadi yang lebih menghasilkan suatu tindakan adalah faktor internal, faktor yang dipengaruhi oleh dirinya sendiri, seperti kurangnya kesadaran, rakus akan harta, suka bermewah-mewahan dan lain sebagainya. Maka dari itu, dari segala hal, memang kejujuran lah yang lebih penting. Bukan tentang menyalahkan orang lain, namun dari diri sendirilah, kesalahan banyak muncul.
Dengan ini, sebagai pelajar harus menanamkan nilai penting satu ini, yakni mengenai kejujuran, tanpa sikap ini, banyak hal buruk yang akan mendorong kita pada masalah dan kerugian yang besar. Mencegah dengan belajar tentang pendidikan anti korupsi, serta menanamkan kesadaran dan kejujuran yang besar, tidak semena-mena merebut hak sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H