Dunia saat ini sedang mengalami dampak dari penyakit virus corona baru yang diberi nama Coronavirus disease-2019 (COVID-19). Sejak ditemukan dan menyebar secara luas hingga mengakibatkan pandemi global yang berlangsung sampai saat ini. Kasus yang terkonfirmasi di dunia bahkan juga di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Bahkan data per (24/10/2020), menurut WHO penyakit covid-19 kasus yang terkonfirmasi mencapai 42 juta dan kasus meninggal sebanyak lebih dari 1,1 juta, Sedangkan di Indonesia menurut satuan tugas penanganan covid-19 kasus terkonfirmasi positif mencapai  lebih dari 385 ribu dan dengan kasus meninggal lebih dari 13 ribu.
Kasus angka kematian di Indonesia masuk kedalam kategori yang cukup tinggi, hal tersebut dikarenakan berdasarkan laman covid19.go.id , 50% dari keseluruhan pasien terkonfirmasi Covid-19 yang ada di Indonesia memiliki penyakit penyerta (komorbiditas) yaitu hipertensi. Sebanyak 13% dari total jumlah meninggal pasien terkonfirmasi Covid-19 memiliki penyakit penyerta hipertensi. Terdapat beberapa provinsi dengan kasus kematian pada penderita covid-19, sebagian besar disebabkan karena memiliki komorbid hipertensi, Seperti di Provinsi Jawa Tengah menurut data di laman corona.jatengprov.go.id per 24/10/2020 sebanyak 32,1% meninggal dengan komorbid hipertensi dari 2.359 kasus covid-19 terkonfirmasi meninggal, di Provinsi Jawa Timur  menurut data di laman infocovid19.jatimprov.go.id per 21/10/2020 sebanyak 23% meninggal dengan komorbid hipertensi dari 43.671 kasus covid-19 terkonfirmasi meninggal, dan juga di Provinsi Sumatera Selatan menurut data di laman corona.sumselprov.go.id sebanyak 55 kasus dari total jumlah meninggal pasien terkonfirmasi Covid-19 memiliki penyakit penyerta hipertensi.
Pada kasus kematian covid-19 dengan komorbid hipertensi ini sebagian besar terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Berdasarkan penelitian (Lippi, Wong, & Henry, 2020) hasil analisis yang didapatkan dari kumpulan beberapa literatur saat ini mengarahkan bahwa hipertensi yang sudah ada dapat memperparah 2,5 kali lipat covid-19, terutama pada pasien yang lebih tua.
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang dapat terjadi dengan diawali pola kehidupan dari mulai obesitas, stress, pola makan, aktifitas fisik, usia, asupan bahan kimia, beban kerja yang berlabihan, dll. Akan berdampak pada kekauan pembuluh darah, apabila pembuluh darah tidak elastis lagi maka akan membesarkan tekanan darah. Ataupun dapat terjadi karena penumpukan kolesterol tinggi dan menyebabkan tekanan menjadi tinggi.Hipertensi dapat memperparah pasien yang terinfeksi covid-19.
Berdasarkan hasil penelitian (Alfhad et al., 2020) menyatakan bahwa SARS-CoV 2 dapat mudah terinfeksi pada penderita hipertensi yang mengonsumsi obat dengan golongan ARB dan ACE inhibitor karena adanya peningkatan ACE2 pada penderita hipertensi, yang membuat SARS-CoV-2 mudah untuk masuk ke dalam tubuh. Pada pasien COVID-19 sel target banyak ditemukan di saluran nafas bawah. Paru-paru merupakan organ tubuh yang sangat berpengaruh terhadap pasien covid-19. Pada paru- paru terdapat sel alveolar tipe I dan tipe II, dimana pada sel alveolar tipe II banyak terdapat enzim angiotensin-converting enzyme (ACE2) . Virus ini bisa mengaktifkan sel inang menggunakan enzim ACE2. Agar menyatu dengan ACE2 dan masuk ke sel inang, virus ini memiliki glikoprotein permukaan khusus atau spike. Meningkatnya ACE2 di dalam jaringan berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit, sehingga terjadi kerusakan pada sel-sel alveolar, kerusakan sel-sel alveolar dapat memicu berbagai reaksi sistemik dan kematian bahkan mungkin dapat terjadi (Gunawan et al., 2020).
ACE (angiotensin converting enzym) atau biasa disebut penghambat enzim pengubah angiotensin adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi, gagal jantung, dan gagal ginjal kronis. Obat ini membuat dinding pembuluh darah rileks sehingga tekanan darah dapat menurun. ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim dalam tubuh untuk memproduksi hormon angiotensin II, yaitu zat yang dapat menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan kerja jantung. Dengan begitu, dinding pembuluh darah akan melebar dan kerja jantung menjadi lebih ringan.
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu usia, jenis kelamin, genetik, kegemukan, stres dan pola hidup yang tidak sehat. Dari beberapa faktor risiko tersebut dapat dicegah sebelum terjadinya atau muncul nya penyakit hipertensi. Seperti pada faktor risiko kegemukan, stres, dan pola hidup yang tidak sehat.
Adapun beberapa rekomendasi alternatif pencegahan yang dapat dilakukan petugas puskesmas agar masyarakat dengan riwayat hipertensi tidak menjadi rentan terkena penyakit covid-19 yaitu Setiap puskesmas wilayah mengarahkan kader untuk melakukan pemantauan disetiap rumah yang terdapat penderita hipertensi, peningkatan dan memperketat skrining hipertensi, melakukan pemantauan dan memberikan edukasi  kepada masyarakat tentang hipertensi, Menetapkan atau merekomendasikan obat yang baik dikonsumsi oleh penderita hipertensi. Tidak hanya puskesmas yang melakukan pencegahan, masyarakat juga perlu melakukan pencegahan yaitu :
- Melakukan pola hidup sehat seperti mengonsumsi makanan gizi seimbang, menghindari gula dan garam yang berlebih.
- Mengontrol berat badan.
- Melakukan pengecekan kesehatan secara berkala atau setiap 6 bulan sekali apabila belum memiliki riwayat penyakit.
- Menghindari minuman berakohol dan nikotin.
- Tidur cukup
- Berolahraga secara teratur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H