Hidup Harus Terus Berjalan
Hujan rintik-rintik membasahi wajah Rara. Ia duduk termenung di teras rumah, menatap jalanan yang mulai sepi. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah basah yang menenangkan, tapi tidak cukup untuk meredakan gelisah di hatinya.
Beberapa hari yang lalu, Rara baru saja kehilangan pekerjaan. Perusahaan tempatnya bekerja mengalami kebangkrutan dan terpaksa melakukan PHK besar-besaran. Rara adalah salah satu karyawan yang harus menerima kenyataan pahit itu.
"Kenapa sih, hidup kok bisa segini rumitnya?" gumam Rara pada dirinya sendiri.
Rasa kecewa dan putus asa memenuhi pikirannya. Rara merasa masa depannya gelap gulita. Ia tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana cara melanjutkan hidup.
"Ra, kamu kenapa, Nak?" tanya Ibu Rara, yang baru saja keluar dari dapur.
Rara menggeleng lemah. Ia tidak ingin membebani ibunya dengan masalahnya.
"Tidak apa-apa, Bu. Cuma lagi banyak pikiran saja," jawab Rara.
Ibunya menghela napas panjang. Ia tahu betul apa yang sedang dirasakan oleh anaknya.
"Nak, hidup itu seperti roda. Kadang di atas, kadang di bawah. Yang penting kita harus tetap kuat dan terus berusaha," kata Ibu Rara sambil mengelus rambut Rara.
Rara hanya bisa mengangguk. Kata-kata ibunya memang benar, tapi saat ini ia merasa sangat sulit untuk bangkit.