Ketimpangan ekonomi adalah ketidakmerataan yang menyebabkan adanya statifikasi sosial dalam masyarakat yang mencolok berkaitan dengan perbedaan penghasilan atau dapat diartikan sebagai gejala yang timbul di masyarakat karena adanya perbedaan finansial dan status sosial masyarakat yang hidup di sebuah lingkungan tertentu. Ketimpangan ekonomi menjadi permasalahan sosial di Indonesia. Hal ini terjadi karena semakin sulitnya masyarakat kelas bawah atau pedalaman untuk bisa menikmati akses hasil pembangunan yang sudah disediakan oleh pemerintah, karena jauhnya waktu tempuh. Terlebih lagi pandemi covid-19 yang memengaruhi faktor ekonomi seseorang yang dimana masyarakat miskin akan semakin terpuruk, sedangkan yang rentan dengan mudahnya jatuh ke dalam kemiskinan.
Menurut Survei Persepsi yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI), menyatakan bahwa sebanyak 91,6% responden yang mengakui bahwa distribusi pendapatannya tergolong “cukup tidak setara” dan “tidak setara sama sekali”. Respon ini konsisten di seluruh lintas kelompok, mulai dari gender, pendapatan, pendidikan, usia, dan lokasi (desa/kota). Terkait pada perubahan pendapatan dalam lima tahun terakhir, persepsi masyarakat mencerminkan bahwa, sebanyak 24% responden termiskin menilai pendapatannya jauh menurun. Sebaliknya, 56% responden dari golongan terkaya menyatakan bahwa pendapatan mereka makin meningkat. Hal ini bisa saja menyebabkan benarnya anggapan bahwa si kaya akan semakin kaya dan si miskin yang akan semakin terpuruk dalam kemiskinan.
Ketimpangan ekonomi sendiri merupakan permasalahan yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai aspek (World Bank, 2016). Aspek yang memengaruhi ketimpangan tersebut tidak hanya berasal dari aspek manusia semata, melainkan juga dari aspek alam seperti kondisi geografis dan potensi sumberdaya alam yang dimiliki daerah tersebut. Dan ketidakmerataan pembangunan antardaerah di Indonesia juga menyebabkan ketimpangan ekonomi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Beberapa faktor lain penyebab adanya ketimpangan ekonomi bisa dilihat dari beberapa faktor berikut :
1. Kondisi Geografi
Kondisi ini berkaitan erat dengan ketimpangan ekonomi, karena kondisi demografi masyarakat satu dan yang lainnya pasti berbeda. Contoh, jumlah penduduk, komposisi penduduk, dan persebaran penduduk.
2. Kondisi Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana seseorang untuk bisa mendapatkan mobilitas sosial dan masuk ke status sosial yang lebih tinggi (social climbing). Karena makmur atau tidaknya suatu Negara juga dapat dilihadari SDM yang dimilikinya. Perbedaan pendidikan yang mencolok ini banyak kita lihat pada masyarakat kota dan pedalaman dimana fasilitas yang berbeda meliputi kualitas serta mutu pendidikannya.
3. Lapangan Pekerjaan
Kurangnya lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian dalam masyarakat. Banyak orang pengangguran dan berujung pada suatu tindakan kriminalitas agar seseorang dapat mendapatkan uang untuk bertahan hidup.
4. Kondisi Kesehatan
Masih banyaknya fasilitas yang tidak merata bagi warga desa atau pedalaman dapat menyebabkan tingkat kualitas kesehata pada setiap daerah berbeda. Terlebih lagi pada kesehatan anak khususnya terkait kekurangan gizi pada anak usia dibawah 5 tahun karena dapat memperparah suatu kemiskinan.