Mohon tunggu...
safiqanur
safiqanur Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya mahasiswa dengan jurusan informatika universitas jendral achmad yani

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pancasila VS Hate Speech : Menjaga Nilai Toleransi di Tengah Serangan Wacana Negatif

28 Januari 2025   22:59 Diperbarui: 28 Januari 2025   22:57 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menghadapi Era Komputer dan Internet yang Penuh Provokasi

Di zaman yang serba cepat ini, kemajuan teknologi informasi telah memberi masyarakat banyak peluang untuk berkomunikasi dan berbagi informasi. Kebebasan berekspresi diberikan oleh media sosial dan platform digital, yang memungkinkan setiap orang untuk menyuarakan pendapat mereka tanpa batasan yang jelas. Namun, ada beberapa orang yang sering menyalahgunakan kebebasan ini untuk menyebarkan ujaran kebencian, juga dikenal sebagai hate speech yang pada akhirnya akan merusak struktur sosial yang sudah ada sejak lama.

Komentar rasial, diskriminasi agama, dan hoaks yang menyebarkan ketakutan adalah beberapa bentuk ujaran kebencian ini. Dalam situasi seperti ini, Indonesia, sebagai negara yang beragam dan pluralistik, harus mengingat kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. Sebagai dasar negara dan panduan hidup bangsa Indonesia, Pancasila sangat penting untuk menjaga keharmonisan dan toleransi di antara berbagai jenis orang. Sangat penting bahwa Pancasila, yang berisi nilai-nilai seperti kemanusiaan yang adil dan beradab serta persatuan Indonesia, digunakan untuk mengurangi jumlah ujaran kebencian dan memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi negara yang bersatu dalam perbedaan.

Pancasila dan Toleransi: Kekuatan Akar Bangsa

Pancasila, yang terdiri dari lima sila, mengandung nilai-nilai dasar yang sangat relevan untuk menangani kebencian dan intoleransi. Sila yang paling penting dalam hal ini adalah "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab". Setiap warga Indonesia diminta untuk memperlakukan sesama dengan martabat yang sama, tanpa memandang agama, ras, atau golongan mereka. Prinsip kemanusiaan yang luhur ditanamkan dalam kehidupan sosial kita. Untuk mempertahankan kohesi sosial di tengah perbedaan, "Persatuan Indonesia" juga sangat penting.

Sebagaimana diungkapkan oleh Mahatma Gandhi, "Kita harus menjadi perubahan yang ingin kita lihat di dunia." Ini mencerminkan esensi dari Pancasila, di mana setiap individu diminta untuk memperlakukan sesama dengan rasa hormat, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian, serta bekerja bersama untuk menciptakan masyarakat yang adil dan damai.

Indonesia memiliki banyak suku, agama, ras, dan budaya yang berbeda. Namun, perbedaan ini tidak boleh menghalangi orang untuk bersatu. Sebaliknya, keragaman ini harus dimanfaatkan untuk membangun negara. Persaudaraan yang telah kita bangun bersama akan dirusak oleh ujaran kebencian, yang biasanya berasal dari ketidaksahaman atau kebencian terhadap kelompok lain. Prinsip kemanusiaan yang luhur ditanamkan dalam kehidupan sosial kita, dan setiap warga Indonesia diminta untuk memperlakukan sesama dengan martabat yang sama, tanpa memandang agama, ras, atau golongan mereka.

Penyebaran Hate Speech: Penghalang Pancasila

Hate speech, terutama di media sosial, merusak hubungan interpersonal dan kepentingan sosial dan politik negara. Fenomena ini telah berkembang pesat di Indonesia berkat kemajuan teknologi digital, yang memungkinkan penyebaran informasi tanpa pengawasan yang memadai. Seringkali, konten yang menimbulkan rasa benci menyebar secara viral dalam waktu singkat, menjangkau banyak orang dan memiliki dampak yang jauh lebih besar dari yang diharapkan. Hoaks dan ujaran kebencian seringkali merusak rasa persatuan yang telah lama dibangun. Dengan demikian, budaya debat yang konstruktif yang menghargai perbedaan pendapat semakin tergerus dan digantikan oleh cerita kebencian yang memupuk prasangka terhadap kelompok tertentu.

Dalam situasi seperti ini, Pancasila, sebagai dasar negara dan panduan hidup bangsa, seharusnya berfungsi sebagai pertahanan terhadap kepercayaan palsu. Namun, masalah terbesar saat ini adalah bagaimana meningkatkan kesadaran publik tentang nilai-nilai Pancasila di tengah banyaknya informasi yang merusak. Ujaran kebencian berusaha menghancurkan persatuan yang ada dengan menumbuhkan ketakutan dan kebencian. Ini sangat bertentangan dengan prinsip "Persatuan Indonesia", yang menekankan betapa pentingnya untuk mempertahankan harmoni di antara berbagai suku, agama, ras, dan golongan.

Penyebaran ujaran kebencian juga memiliki potensi untuk menimbulkan polarisasi yang tajam di masyarakat. Jika sebagian pihak menerima hanya pembicaraan tentang kebencian, perbedaan pendapat menjadi lebih tajam dan dapat berkembang menjadi konflik yang merusak. Sesuai dengan sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa", keberagaman yang seharusnya menjadi kekuatan negara diancam. Setiap orang harus menyadari bahwa kebebasan berpendapat tidak boleh digunakan untuk menyinggung atau merendahkan orang lain jika kita ingin hidup dalam masyarakat yang menghormati perbedaan. Menurut Pancasila, setiap orang berhak atas martabatnya, apapun latar belakangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun