Mohon tunggu...
Safinatun Najah
Safinatun Najah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemburu barokah

Dengan giat ilmu didapat. Dengan tha'at ilmu manfa'at. Dengan khidmat barokah didapat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potret Siti Walidah dalam Bingkai Perempuan Masa Kini

31 Oktober 2023   20:10 Diperbarui: 31 Oktober 2023   20:54 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perempuan memiliki perananan penting dalam menentukan kehidupan bangsa. Masa depan bangsa ada dalam genggaman seorang wanita. Namun realita yang kita hadapi saat ini perempuan tidak lebih hanya sekedar pion untuk sebuah ikon keestetikan dalam sebuah kehidupan. Benar bahwasannya hak seorang perempuan sudah diperjuangkan sejak masa rasulullah, hal itu diperjuangkan pula oleh pahlawan kita yakni RA Kartini yang menjadi salah satu pelopor emansipasi wanita. 

Kartini merupakan salah satu pahawan pembela hak perempuan yang seringkali didengungkan namanya dalam gaungan seorang perempuan. Tidak kalah menarik bahwasannya banyak pejuang perempuan yang berdiri dengan gagahnya salah satunya ulama perempuan dari muhammadiyah bernama Siti Walidah. Beliau adalah pejuang emansipasi wanita dari golongan priyayi. Namun namamya sering kali jarang didengar.

Siti Walidah adalah putri dari kyai penghulu Haji Muhammad Fadli bin penghulu Haji Ibrohim bin Kyai Muhammad Hasan pengkol bin Kyai Muhammad Ali Ngraden Pengkol yang lahir di Kauman, Yogyakarta pada tahun 1872. Kampung Kauman tempat Siti Walidah tinggal adalah salah satu kampung santri. Beragam fan keagamaan, ilmu keislaman, wawasan keislaman dan bahasa arab sudah dipelajari oleh Siti Walidah. Siti Walidah yang sejak remaja memang belum pernah mengenyam pendidikan formal, dikarenakan berkembang pemikiran yang sangat luas dikalangan masyarakat pada saat itu bahwa sekolah formal hanya untuk kaum lelaki seadangkan perempuan tidak memiliki tempat didalamnya. Namun hal itu tidak mematahkan semangat Siti Walidah, beliau tetap gigih memperjuangkan hak perempuan.

Banyak yang beranggapan bahwa menempuh pendidikan formal yang didirikan oleh pemerintah kolonial itu bertentangan dengan ajaran islam. Pandangan seperti ini tentu tidak disetujui oleh siti walidah, karena beliau beranggapan bahwa pendidikan itu tidak pandang bulu. Siapapun boleh menempuh pendidikan baik laki-laki maupun perempuan, baik dari golongan kolonial maupun warga pribumi. Karena sejatinya pendidikan merupakan salah satu tonggak terpenting dalam meningkatkan intelektualitas, pendidikan juga menjadi sarana dalam perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.

Siti Walidah menikah dengan Muhammad Darwis yang merupakan keluarga keraton Yogyakarta. Muhammad Darwis yang dikenal dengan Ahmad Dahlan merupakan salah satu pendiri organisasi besar islam di indonesia yaitu muhammmadiyah. Pernikahan antara Siti Walidah tidak hanya menopang keilmuan Siti Walidah tetapi juga mendongkrak Ahmad Dahlan dalam berdakwah. Pepatah mengatakan bahwa dibalik lelaki yang sukses maka disitulah ada perempuan yang hebat. 

Sama halnya dengan Siti Walidah, meskipun beliau tidak mengenyam pendidikan formal yang kala itu adalah pendidikan belanda tapi tekatnya untuk memajukan kehidupan bangsa sangatlah kuat. Perhatian Siti Walidah yang terjun langsung ke medan perjuangan bersama masyarakat semakin diasah. Kala itu masyarakat indonesia terutama seorang perempuan hidup dalam ketertindasan dan keterbelakangan, berangkat dari hal itu Siti Walidah bertekat mengabdikan dirinya untuk masyarakat.

Siti walidah bersama Kh Ahmad Dahlan mulai memberikan kajian terhadap perempuan dalam sebuah wadah yang bernama Wal'ashri, maghribi school dan sopo tresno sejak 1914. Posisi perempuan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, karena lahirnya generasi hebat berasal dari didikan seorang ibu. Negara semakin kokoh jika kaum wanitanya cerdas dan terampil dalam berbagai aspek kehidupan. Siti walidah tidak hanya mengantarkan kaum ibu untuk lebih cerdas dalam ranah keluarga tapi juga dalam ranah bermasyarakat dan bersosial.

Menyimak perekmbangan sopo tresno yang semakin pesat KH Ahmad Dahlan serta beberapa tokoh lainnya mengusulkan untuk diarahkan menjadi lembaga organisasi yang semakin baik dan berkembang. Akhirnya pengusulan ini dinamai dengan Aisiyah yang merujuk pada Aisyah bintu Abi Bakr sebagai simbol wanita cerdas, intelek dan memiliki semngat perjuangan yang tinggi. Hal ini cocok untuk mengangkat kaum perempuan yang termarginalkan dari kehidupan publik. Aisiyah merupakan bagian dari kepedulian siti walidah terhadap perempuan, usaha untuk mengantarkan bahwa perempuan itu pantas untuk berada diranah publik dan keluarganya. Perempuan tidak hanya dijadikan sebagai aset dalam ranah domestik yang kerap dikatakan dengan tiga fungsi permepuan yakni macak, manak, masak.

Perjuangan siti walidah dalam emansipasi wanita juga dapat dilihat pada wanita masa kini. Perempuan yang mampu berjuang diranah publik tanpa mengesampingkan keluarganya. Perempuan yang bisa tampil memukau tidak hanya secara fisik tapi secara skill dan pengalamn. Mampu mendobrak budaya patriarki yang semakin melekat dikalangan masyarakat. Budaya patriarki yang lebih menganggap bahwa yang superior adalah kaum lelaki sedangkan perempuan menjadi alat yang dikendalikan. Mirisnya masih ada perempuan yang berpikiran bahwa kodrat perempuan itu memang lemah dan pantas untuk berada dalam ranah domestik, mereka kurang peduli akan kebebasan hak yang seharusnya didapat oleh kaum perempuan.

Perlu adanya kesadaran masyarakat akan kebebasan hak seorang perempuan sebagaimana Siti Walidah dalam menyuarakan hak bahwasannya perempuan itu sama dengan laki-laki dalam menempuh pendidikan. Tidak ada batasan bahwa perempuan hanya sampai tingkatan rendah sedangkan laki-laki bebas setinggi-tingginya. Meminimalisir stereotip masyarakat akan perempuan berpendidikan serta meningkatkan skill perempuan baik melalui organisasi maupun gerakan keperempuanan.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun