[caption id="attachment_390041" align="aligncenter" width="546" caption="(Sumber Foto kompas.com)"][/caption]
Beberapa waktu belakangan, masayarakat, utamanya pengguna jasa transportasi umum taksi dibuat was-was oleh sederetan kasus perampokan yang terjadi di dalam taksi. Selama ini, taksi memiliki citra sebagai pilihan transportasi umum eksklusif sehingga terjamin keamanan, kenyamanannya serta keselamatannya. Namun, kasus perampokan di dalam taksi yang kembali mencuat, memunculkan kekhawatiran.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, kasus perampokan menimpa seorang penumpang taksi perempuan berinisial RP (30) di kawasan Kuningan dan Sudirman Central Business District (SCBD), pelakunya adalah sopir taksi. Hanya butuh waktu tiga hari, aparat kepolisian yang bergerak cepat berhasil membekuk tiga orang pelaku.
Namun, tertangkapnya pelaku yang belakangan diketahui merupakan sopir taksi Blue Bird, tak mengentikan aksi perampokan di dalam taksi. Komplotan perampok di dalam taksi tak jera dan terus melancarkan aksi. Setelah tiga pelaku perampokan di dalam taksi dibekuk oleh aparat kepolisian (8/12), beberapa hari kemudian (20/12), perampokan di dalam taksi kembali terjadi. Kali ini, justru sopir taksi, yakni Warso (57) yang menunggangi taksi Express dan pelaku perampokan adalah penumpang. Beruntung, Warso berbalik melawan dan menggagalkan aksi perampokan tersebut atas bantuan warga.
Menarik menganalisis dua kasus yang serupa tapi beda ini. Serupa karena sama-sama terjadi di dalam taksi. Beda karena kasus pertama dilakukan oleh komplotan perampok yang ternyata merupakan sopir taksi, sementara kasus kedua justru dilakukan oleh penumpang. Menariknya, kedua kasus ini tampak berkaitan erat.
Seperti diberitakan, pelaku perampokan yang tertangkap merupakan sopir aktif di Blue Bird dan masih menurut pengakuan para pelaku, mereka menggunakan taksi Exspress curian (yang lalu dipalsukan) sebagai kendaraan taksi untuk penyamaran. Mereka menggunakan taksi curian yang telah dipalsukan agar penyamaran tak kentara. Pihak Express sendiri mengonfirmasi memang pernah kehilangan taksi.
Melalui Tim Pengacara, Taksi Express mendesak aparat Kepolisian Daerah Metro Jaya segera menemukan armada taksi yang diduga digunakan sindikat perampok yang beraksi di kawasan SCBD Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
"Kami harap polisi menemukan taksi tersebut untuk memecahkan misteri mobil taksi yang digunakan untuk merampok," kata pengacara Taksi Express Berman Limbong di Jakarta Selasa (6/1/2015) sebegaimana dikutip dari laman Kompas.com (Agar Motif Terungkap, Pengacara Desak Polisi Temukan Taksi yang Digunakan Merampok)
Mengurai kasus perampokan ini, ada dugaan, perampokan di dalam taksi merupakan sindikat yang bekerja rapi dengan peran yang telah dibagi-bagi secara rinci. Ada aktor rampok yang berperan sebagai sopir taksi, sementara yang lain menyiapkan armada taksi curian untuk digunakan merampok penumpang.
Adapun mengapa yang menjadi korban adalah taksi Express dan pelakunya merupakan sopir Blue Bird, ditengarai karena adanya persaingan bisnis. Walaupun ini masih bersifat dugaan seperti diungkapkan oleh Ahli kriminal Universitas Indonesia (UI), Muhammad Mustofa, namun memang adanya aroma persaingan bisnis tercium sangat kuat menyengat.
Jika melihat di lapangan, belakangan ini taksi Express memang tumbuh pesat. Blue Bird yang sebelumnya bertengger sebagai penguasa dan memonopoli pasar, tentu saja merasa dihantui oleh eksistensi dan ekspansi Express sehingga mungkin saja berbagai cara dilakukan guna merusak citra dan menjegal laju Express. Hal itu dirisaukan oleh Mustofa agar peristiwa kejahatan terhadap penumpang taksi jangan memunculkan motif untuk memonopoli bisnis. Karena jelas, persaingan tidak sehat dengan cara-cara culas tersebut merugikan masyarakat. Untuk itu, kita menunggu pihak kepolisian mengungkap benar atau tidaknya motif persaingan bisnis di balik persaingan taksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H