Mohon tunggu...
Safinah Surya Hakim
Safinah Surya Hakim Mohon Tunggu... -

tidak bakat menulis, tidak juga hobi, hanya berusaha bisa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Mencintaimu, Suamiku

27 Oktober 2010   12:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:03 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hampir setiap malam dia selalu memarahiku, kurang ini dan itu. Ya, tak apalah. Aku wanita yang memang harus menuruti apa kata suami. Sakit memang, tapi kadang aku merasa memang aku yang tak sempurna. Aku hanya wanita biasa, yang luar biasa beruntung mendapatkan Ahmad, suamiku tercinta. Aku yakin betul dia mencintai aku.

Malam ini, seperti biasa aku menunggu suamiku pulang kantor. Sudah pukul 22.00 WIB, suamiku belum pulang juga. Aku hubungi dia, dengan manis dia berkata bahwa dia masih ada urusan di kantor. Aku menghargainya, kerja keras suamiku toh untuk kebahagiaan bersama. Aku terus menunggu di meja makan, semua makanan yang tadi ku masak sudah dingin, tak masalah. Aku tak akan marah karena aku mencintai suamiku.

Pukul 01.00 WIB, suamiku tercinta datang. Aku terbangun, membukakan pintu untuknya dan berharap kecup mesra dia hadiahkan atas penantianku malam ini. Nihil. Dia masuk ke kamar, langsung tidur. Tak masalah, suamiku pasti sangat letih. Selalu kucoba mengerti dia, karena aku mencintai suamiku.

Malam ini terulang lagi, suamiku pulang larut. Pastilah dia sangat letih. Aku menatapnya dengan penuh cinta. Menyaksikan dia terlelap dalam keluguan tidurnya adalah hal yang membahagiakan. Aku sangat mencintai suamiku.

Mataku tak bisa terpejam. Iseng-iseng aku buka handphone suamiku. Aku dapati sms-sms mesra dari temanya, bernama Ratih lengkap dengan foto-foto mesranya. Tak masalah, aku mencintai suamiku.

Dalam kepasrahan tidurnya, ku dekatkan tubuhku ke tubuh suamiku. Kusimpul kedua kaki dan tangannya dengan tali. Dengan bantal putih kami, aku tutup mukanya. Dia meronta,lalu tak bergerak.

Suamiku, aku memaafkan semua kesalahanmu kecuali satu yaitu perselingkuhan. Semua aku lakukan karena satu alasan saja, Aku mencintaimu suamiku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun