Mohon tunggu...
Safinah Surya Hakim
Safinah Surya Hakim Mohon Tunggu... -

tidak bakat menulis, tidak juga hobi, hanya berusaha bisa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Buku Harian Bapak

24 Januari 2011   12:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:14 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1295872319408292730

[caption id="attachment_86819" align="alignleft" width="300" caption="(samohito.wordpress.com)"][/caption] " Adek lagi apa?", ucap sang bapak kepada anaknya dari ujung telpon. " Ah...ga tau ah. Adek gak mau ngomong lagi sama Bapak", ucap sang anak kesal. " Kenapa Adek?, Bapak salah apa?", tanya sang bapak keheranan. "Bapak jahat. Bapak gak pernah sayang sama adek. Bapak gak pernah ambilin raport adek. Bapak gak pernah ajak adek jalan-jalan. Bapak selalu sibuk sendiri. Bapak tidak pernah pulang kunjungi adek sama mama di rumah", ucap sang anak seraya menutup telpon. Tuuut..tuuut...tuuut.... Suara nada putus dari telpon selular. Bapak itu meletakkan telepon selularnya. Jiwanya yang tegar kini rapuh. Airmatanya mengalir dari pelupuk matanya. Sudah habis cara untuk meyakinkan anaknya betapa dia menyayangi anaknya.  Diraihnya bolpin dan buku hariannya lalu mulai menggoreskan kata demi kata. Adek...Anak bapak tersayang... Maafkan bapak yang tak sesuai harapan adek. Bapak tak bisa selalu menemanimu bermain, mengambil rapormu seperti teman-temanmu di sekolah. Kalau boleh bapak bercerita, sungguh bapak ingin ada selalu di samping adek. Bapak ingin selalu bisa bermain, belajar, atau bahkan tidur di samping adek.Bapak di sini, jauh dari  adek dan mama demi sebuah alasan besar yakni karena bapak sungguh sangat sayang adek dan mama. Di perantauan ini, setiap nafas adalah doa buat adek. Setiap keringat adalah cinta untuk adek dan mama. Bapak ada di sini karena sebuah alasan besar yakni cinta, yang nanti saat dewasa adek pasti mengetahuinya. Bapak hanya ingin mengatakan kepada adek bahwa Bapak sangat mencintai dan menyayangi adek dan mama. Mungkin cara bapak menyayangi adek berbeda dengan yang adek harapakan. yang selalu menyayangimu Nak, Bapak. Bapak itu menutup buku hariannya. Mulutnya menyenandungkan doa dan bersiap menjadi nahkoda kapal untuk pelayaran berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun