Mohon tunggu...
Fiksiana

Mimpi Menjadi Nyata

31 Oktober 2015   16:43 Diperbarui: 2 November 2015   08:40 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kami berjalan menyusuri beberapa kamar lainnya. Melewati ruang makan, tempat berlatih anggar, studio musik, tempat berlatih mural, dan tempat-tempat lainnya. Posisi danau di kemah ini menurut peta adalah di sisi paling pojok dari kemah. Tidak heran mengapa itu membutuhkan waktu hampir 7 menit hanya untuk mencapai kekamarku.

“Hai, aku tidak tahu apa kau sudah mendengarnya. Tapi, namaku Catherine. Kau bisa   memanggilku Cat.” Ucapku kepada Jade yang berjalan dua langkah dibelakangku. Aku berusaha membuka topik, karena suasana yang sepi sangat tidak cocok dengan sifatku.

“Aku Jade Gloom. Aku tidak tahu apa kau sudah mendengarnya. Tapi, kudengar sering ada pembunuhan di danau ini.” Ucapnya meniru kata-kataku. Bedanya, hal yang Ia ucapkan membuat bulu kudukku merinding. Ia mengalihkan pandangannya kearah danau sembari terus berjalan, sementara aku terpaku ditempat ku berdiri.

“A-apa?” kataku terbata-bata. Ia berhenti dan membalikkan badannya. Dan Demi Tuhan, Ia tersenyum lebar kearahku.

“Ya, kau tidak tahu?” Aku menggelengkan kepala. “Kau ketinggalan sekali, Sobat. Sudahlah, ayo kita cepat ke kamar, hari sudah hampir malam.” Katanya dan membalikkan badan kembali menuju sebuah kabin tempat aku singgah selama 3 bulan kedepan. “Oh ya, satu lagi.” Katanya tiba-tiba. Aku menadahkan kepala untuk melihatnya masih dengan senyum lebar yang sama, dan mengejutkanku dengan berkata, “Senang bertemu denganmu kembali.”

Sesampainya dikamar, Jade langsung memilih kasur yang berada di pojok ruangan. Aku menghela nafas lega. Aku tidak akan mau tidur disitu, tempat yang amat gelap menurutku. Aku menaruh koperku disisi lemari dan merebahkan badan lelahku di kasur sebelah jendela. Yang dengan jelas bisa terlihat keaadan di danau. Lalu tanpa kusadari, alam mimpiku membawaku entah kemana. Anehnya, Jade ada didalamnya.

--

“AAAAAAAAA!” duk. “Aw!” Jeritku. Ujung kakiku terhentak kaki kasur saat aku terpaksa bangun, melepaskan diriku dari mimpi buruk yang kualami. Aku melihat keseliling kamar. Kamar yang sekarang sudah hampir sebulan kutempati. Jade tidak dikamar, padahal waktu menunjukkan pukul 4 pagi.

“Dimana lagi dia sekarang?” Gumamku. Ini sudah menjadi rutinitas selama kurang lebih sebulan terakhir.            Aku terbangun di pagi hari akibat mimpi buruk; Ia yang entah bagaimana rutin datang ke mimpiku; Aku yang terbangun karena mimpi buruk; Dan dia yang tidak pernah ada di kasurnya saat Aku terbangun.

“Apa yang kau lakukan?” Tanya seseorang tiba-tiba. Aku sontak mengangkat kepalaku dan melihat Jade yang sudah ada di ambang pintu. Tangan kirinya terselipkan di belakang badannya.

“Harusnya aku yang tanya kamu. Mengapa kau selalu tidak ada di kamar pagi-pagi seperti ini? Aku hanya bertemu kau kembali saat makan pagi.” Ucapku sedikit ketus. Aku lelah merasa takut akan semua ini. Aku butuh penjelasan. Mengapa dia pergi, tapi datang di mimpiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun