Beliau adalah Abu Yusuf Ya'kub ibn Ishaq ibn Shabbah ibn Imran ibn Ismail Al-Ash'ats ibn Qais Al-Kindi (Soleh, 2013: 88), atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Al Kindi saja merupakan filosof islam pertama. Beliau lahir di Kufah pada tahun 801 M. Al Kindi lahir dari keluarga yang terpandang, Ayahnya merupakan gubernur Kufah namun wafat ketika Al Kindi masih kecil. Beliau besar dengan menghafal Al-Qur'an dan mempelajari berbagai keilmuan seperti tata Bahasa Arab, kesusastraan Arab dan Ilmu hitung. Ketika meninggalkan Kufah, beliau mengembara ke Baghdad, Ibukota pemerintahan Bani Abbasiyah dengan fokus pada Ilmu Pengetahuan dan Filsafat. Beliau menunjukkan minatnya pada filsafat dengan menerjemahkan berbagai karya filsafat, menjelaskan masalah yang sulit dengan meringkasnya menjadi sebuah pemikiran yang mudah dipahami. Hal tersebut dapat dilakukan oleh Al Kindi dengan mudah karena Beliau menguasai Bahasa Yunani Dan Syiria yang merupakan Bahasa pokok karya filsafat yang marak pada saat itu.Â
Pemikiran filsafat Al Kindi banyak dipengaruhi oleh literatur-literatur Yunani klasik, seperti Aristoteles dan warisan Neo-Platonis yang kemudian di sempurnakan dengan keyakinan agama islam. Filsafat awalnya sangat ditentang oleh para ilmuwan muslim karena kekhawatiran pada kurangnya kehormatan pada Tuhan. Namun, Al Kindi memberikan pendapatnya bahwa Filsafat merupakan proses pencarian kebenaran, ketika semakin dekat pada kebenaran maka akan diperoleh kesempurnaan. Al Kindi memiliki sekitar 260 karya dalam bidang Filsafat, Logika, dan Kosmologi. Dalam karya-karyanya, Beliau banyak menyebut Aristoteles dan Plato, memberikan ulasan dan komentar, ringkasan yang sederhana atas karya dua filosof besar tersebut dengan pengantar Bahasa Arab, yang menunjukkan bahwa Al Kindi tertarik dalam melanjutkan warisan Filsafat Yunani. Keinginan yang besar ini ditujukan untuk memperkenalkan Filsafat Yunani pada pengguna Bahasa Arab. Perjuangannya juga dapat dilihat ketika Beliau mencari kosakata Bahasa Arab yang memadai untuk menjelaskan istilah-istilah Yunani yang asing di kalangan Ilmuwan Arab. Oleh karena itu, Al Kindi kemudian dikenal sebagai Filosof Arab dan memang merupakan keturunan asli Bangsa Arab.
Al-Kindi melihat filsafat sebagai batas kemampuan manusia dalam memahami hakikat kebenaran, dengan tujuan utama untuk mencari dan mengamalkan kebenaran. Filsafat yang paling mulia, menurutnya, adalah filsafat pertama tentang Tuhan, yang menjadi sebab dari segala realitas. Pengetahuan tentang Tuhan sebagai penyebab utama dianggap lebih mulia daripada pengetahuan tentang akibatnya, karena hanya dengan mengetahui Tuhan secara sempurna seseorang dapat memahami segala sesuatu. Dalam upaya menyatukan agama dan filsafat, Al-Kindi berpendapat bahwa keduanya tidak bertentangan, karena baik filsafat maupun agama memerlukan akal untuk mencapai pengetahuan yang benar. Ia percaya bahwa ajaran agama dalam Al-Qur'an telah menyampaikan kebenaran yang tidak bertentangan dengan filsafat. Oleh karena itu, Al-Kindi menaruh hormat yang tinggi terhadap akal sebagai alat untuk memahami kebenaran. Dengan demikian, akal memegang peranan penting dalam menghubungkan dan mempertemukan ajaran agama dan filsafat.
Al-Kindi berusaha memadukan agama dan filsafat, dengan pandangan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang benar yang seharusnya tidak bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an. Ia menegaskan bahwa mempelajari filsafat dan teologi adalah hal yang diperbolehkan, bahkan teologi merupakan bagian dari filsafat. Bagi Al-Kindi, tujuan agama dan filsafat adalah sama, yakni mencari kebenaran dan kebaikan. Agama menggunakan wahyu dan akal, sama seperti filsafat yang mengutamakan akal dalam pencapaian kebenaran. Al-Kindi berpendapat bahwa menolak filsafat atau menganggapnya sebagai ilmu kafir adalah keliru. Filsafat baginya adalah ilmu yang mulia dan penting untuk orang yang berpikir. Ia juga menyatakan bahwa kebenaran pertama adalah Tuhan (The First Truth), yang tidak bisa tidak ada dan merupakan Pencipta yang tidak tergantung pada alam.Â
Dalam etika, Al-Kindi mengajarkan bahwa untuk mencapai keutamaan, manusia harus mengendalikan hawa nafsu melalui pengetahuan. Ia menganggap keutamaan sebagai budi pekerti yang terpuji, yang terbagi menjadi kebijaksanaan (hikmah), keberanian (nadjah), dan kesucian (iffah). Semua ini tercermin dalam keadilan, sementara penganiayaan merupakan kebalikannya. Al-Kindi juga mengembangkan pemikiran kosmologi, yang menyatakan bahwa alam ini diciptakan oleh Tuhan dan memiliki sebab. Alam terdiri dari sembilan lingkaran konsentris yang berputar mengitari bumi, dan benda-benda langit mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Gerakan bintang-bintang bahkan menentukan nasib manusia. Tentang jiwa, Al-Kindi percaya bahwa jiwa adalah substansi Ilahi yang kekal dan tidak hancur bersama tubuh. Jiwa memiliki tiga daya: daya berpikir (akal), daya marah, dan daya syahwat. Akal memiliki tiga tingkat: potensial, aktual, dan tingkat kedua dari aktualitas. Setelah berpisah dengan tubuh, jiwa akan memperoleh pengetahuan yang sempurna dan mencapai kebahagiaan abadi di Alam Kebenaran, tempat yang dekat dengan Tuhan.
Al-Kindi berperan penting dalam menggabungkan filsafat Yunani dengan keyakinan Islam. Ia meyakini bahwa filsafat dan agama tidak bertentangan, melainkan keduanya bertujuan untuk mencari kebenaran yang sama, dengan filsafat ketuhanan sebagai ilmu yang paling mulia. Al-Kindi memandang akal sebagai alat utama dalam memahami kebenaran, yang juga digunakan dalam agama untuk mengungkapkan wahyu. Dalam etika, ia mengajarkan pentingnya mengendalikan hawa nafsu untuk mencapai keutamaan, yang tercermin dalam kebijaksanaan, keberanian, dan kesucian. Pemikirannya juga mencakup kosmologi, di mana ia mengungkapkan bahwa alam ini diciptakan oleh Tuhan dan bintang-bintang mempengaruhi kejadian di dunia. Al-Kindi juga mengembangkan konsep tentang jiwa sebagai substansi Ilahi yang kekal, yang mencapai kebahagiaan abadi setelah berpisah dari tubuh. Dari Al Kindi kemudian lahirlah filosof-filosof islam yang terkemuka pada masanya dan kita kenal sampai saat ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H