Mohon tunggu...
Safarina Janatul Firda
Safarina Janatul Firda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa uinsa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjuangan Berharap Hanya pada Tuhan

30 Desember 2022   12:00 Diperbarui: 30 Desember 2022   12:03 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penulis ingin membagikan cerita dari orang terdekat mengenai kehidupan 18 tahun yang penuh dengan tantangan dan bagaimana cara dia mengatasi semua hal dikehidupan ini.

Sebuah pernikahan yang dijodohkan tidak selamanya baik. Ya, anak kecil itu, namanya farid. Lahir dari kedua orang tua yang entah saling mencintai atau tidak. Kata ibunya, setelah 1 tahun pernikahan, semua hal manis yang dilakukan ayahnya pada ibunya itu hanya sementara. Farid memiliki 2 bersaudara, yang satu laki-laki dan yang satu perempuan. Dia anak terakhir. Kehidupan kecil farid penuh dengan tangisan ibunya dan teriakan ayahnya. Dia tidak tau hal apa yang terjadi. Dari kecil dia memang tidak punya banyak teman. Dia sering di ejek dan dikucilkan. Keluarganya sudah kembali harmonis saat dia mulai memberanikan diri melawan ayahnya. Semua berjalan tidak lama, hanya 3 tahun. Terhitung setelah kejadian itu. Ayahnya pergi meninggalkan farid yang masih duduk di sekolah dasar, kakak laki-laki yang  berumur 16 tahun, kakak perempuan berumur 14 tahun serta ibunya. Ayahnya berpamitan dengan ibunya, mengenggam dengan erat lalu meminta maaf serta memohon untuk di doakan segala urusannya. Seolah-olah dua orang ini tidak akan bertemu kembali.

Tiga bersaudara itu harus tumbuh tanpa seorang ayah. Ayahnya jarang mengabari, jarang memberikan uang. Ayahnya juga memiliki hutang berpuluh-puluh juta. Sehingga ibunya terpaksa bekerja. Kakak laki-laki nya putus sekolah saat kelas 2 SMA, dia bekerja tapi untuk dirinya sendiri. Ibunya menyekolahkan kakak perempuannya sampai lulus SMA. Saat itu, saat kakaknya sudah bekerja, ibunya berhenti untuk mencari uang. Sekarang tugas kakak perempuannya yang menyekolahkan farid serta membayar hutang. Farid merasa bersyukur walaupun kakak laki-laki nya kasar dan egois, tapi kakak perempuan nya begitu baik. Segala hal yang diinginkan nya berusaha untuk dia berikan. Keluarganya yang berantakan membuat farid sedih dan merindukan sosok ayahnya. Dulu, setiap pulang sekolah ayahnya memeluk serta menciumnya. Tapi dia berusaha untuk tidak menangis, dia memohon pada Tuhan agar ayahnya segera menghubungi nya.

Tujuh tahun berlalu, ayahnya sama sekali tidak pernah pulang. Satu tahun sebelum ayahnya dikabarkan meninggal, farid bertengkar dengan ayahnya karena uang dan baju lebaran untuk ibunya. Setelah itu dia bersumpah tidak akan menghubungi ayahnya lagi. Tapi, saat mengetahui ayahnya kritis setelah mengalami kecelakaan, dia hancur. Nasi sudah menjadi bubur. Kata teman ayahnya, ayahnya juga kesulitan disana. Ayahnya tidak memiliki tempat tinggal, pekerjaan yang tidak menentu, sering berpindah tempat. Sehingga dikabarkan terakhir ayahnya bekerja sebagai marbot masjid di basecamp TNI angkatan darat di Kalimantan Timur. Ayahnya dimakamkan di Tpu terdekat dengan dibiayai oleh TNI.

Kini farid menjalani hidup sembari memikirkan bagaimana jika ayahnya masih hidup. Dia kuliah untuk memenuhi harapan kedua orang tuanya. Walaupun punya sedikit teman dia bersyukur. Kakak-kakaknya baik sehingga dia tidak kekurangan. Ibunya yang menua membuatnya bolak balik, dari kos kosan ke rumah. Dia hidup tanpa bercerita dengan orang lain, dia hanya memanjatkan doa sembari berharap hanya pada Tuhan. Di umurnya yang ke 18 tahun, dia berusaha untuk tidak menyukai siapapun agar tak menghalangi tujuannya. Dia hidup dengan pendiam dan periang tapi untuk orang-orang tertentu. Saat di bangku perkuliahan banyak yang harus dia ubah. Dia bergantung pada dirinya sendiri. Menganggap bahwa semua orang pasti ada masanya. Artinya, dia tidak ingin berhubungan lebih baik dalam pertemanan atau apapun. Dia yang kesepian membuat dia menjadi pribadi yang kuat. Dia bertahan saat dia ingin menyerah dalam hidup. Dia menjadi hangat kepada semua orang karena dia tidak pernah diberi kehangatan oleh sekitar kecuali keluarganya. Dia menjadi pendengar yang baik saat orang lain beradu nasib dengannya. Padahal teman-teman nya mempunyai keluarga yang lengkap sedangkan dia, bahkan untuk mengenang masa-masa yang membahagiakan terakhir dengan ibu ayahnya saja dia hampir lupa. Dia berkata pada ibunya agar dia tidak perlu menikah dan akan terus bersama ibunya. Ibunya hanya diam, mungkin dalam lubuk hatinya, ibunya berkata "semua pernikahan tidak mesti seperti orang tuamu nak."

Pelajaran berharga bukan? Kita tidak bisa memilih terlahir dari rahim siapa, dari keluarga mana. Mungkin bagi sebagian orang mereka akan bersyukur jika terlahir dari keluarga kaya atau keluarga yang paham akan agama. Tapi, kehidupan lah yang membuat kita belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Jika nasab orang tua memang penting, orang biasa seperti farid akan menjadi semakin menyedihkan. Mungkin Tuhan ingin mengajari farid bagaimana indahnya berharap hanya pada Tuhan. Semoga tulisan ini sedikit membuat pembaca bersyukur dengan apa yang ia miliki sekarang. Dunia hanya sebentar, jadi jangan buat kehidupan ini semakin menyedihkan dengan hanya memikirkan masalahnya. Padahal Tuhan berjanji ketika manusia diberi masalah, jangan memikirkan bagaimana cara menyelesaikan masalahnya biar itu menjadi urusan Tuhan. Dia hanya di suruh bersabar dan bertawakkal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun