Mohon tunggu...
Safari ANS
Safari ANS Mohon Tunggu... -

Journalist Independent \r\n\r\nsafari_ans@yahoo.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Neraka" di UGD RS Fatmawati

9 Desember 2015   12:32 Diperbarui: 12 Desember 2015   18:46 2981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Melihat kondisi itu saya pun meluncur kencang ke RS Pondok Indah untuk menukarkan alat penyangga leher sesuai permintaan dokter. Ternyata apotik RS Pondok Indah tidak memiliki stok tipe itu. Apotik UGD Fatmawati pun tidak ada. Apotik RS Siloam di TB Simatupang pun tidak ada juga. Akhirnya saya meluncur ke apotik RS Pertamina. Tapi RS ini tidak menerima resep dari luar, lalu saya bilang sama apotekernya, ini bukan soal terima atau terima resep tapi ini soal nyawa orang yang sudah terancam. Dengar penjelasan saya itu, akhirnya saya diizin menyerahkan resep tadi. Tapi sayang ukuran M yang diminta tidak ada, yang ada stok hanya ukuran L, sambil sang apoteker menunjukkan bungkusan alat itu ke saya.

Pupus sudah, karena azan Subuh sudah berkomandang menandakan pemburuan saya soal alat penyangga leher (neck collar) sejak jam 01 hingga jam 4.30 wib tak membuahkan hasil.

Saya pun kembali ke UGD Fatmawati. Keponakan saya sudah pindah ke ruangan "kritis". Nafasnya semakin tersengal, saya usap dahi dan kepalanya sambil menitikan air mata. Betapa ia menahan rasa sakit yang luar biasa tanpa ada penanganan lainnya kecuali inpus tadi. Operasi tidak bisa dilakukan tanpa ada neck collar tadi. Lama saya mengusap kepalanya sambil menangis dan terbayang wajah ayahnya Heno Ali adik kandung saya yang meninggal 09 Desember 2014. Lama saya menangis sambil mengusap rambutnya, jangan-jangan keponakan saya ini akan menyusul ayahnya. Setelah itu ia tertidur. Saya pun izin pulang dulu, karena sudah dua malam berturut-turut saya hampir tidak tidur. Waktu hp saya berdering tadi, baru mau mulai tidur.

Belum sempat tidur pulas pagi Minggu kemarin, kakak keponakan saya telp, bahwa Gandy Nagara mau dioperasi, minta izin. Alhamdulillah dalam pikiran saya. Rupanya, peyangga leher tadi rupanya ada di apotik di lingkungan RS Fatmawati tapi dikelola oleh swasta. Begitu alat itu terpasang, keponakan saya langsung di rodgen (baca: ronsen). Hasilnya, pendarahan di kepalanya sudah menyebar hampir separo kepalanya. Jalan satu-satunya hanya operasi.

Seorang wartawan senior Harian Kompas yang bertetangga dengan keponakan saya itu sempat protes ketika menjenguk. Mengapa Gandy Nagara baru ditangani jam 10 pagi padahal ia sudah berada di RS kelas satu itu sejak jam 10 malam?

Persiapan operasi pun dilakukan, kepala keponakan saya telah digunduli. Tapi sayang fisiknya sudah tidak kuat lagi. Detak jantungnya melemah dan tidak tertolong. Akhirnya, Gandy Nagara menyusul ayahnya yang meninggal setahun lalu. Bulan yang sama. Ayahnya tanggal 9 keponakan saya tanggal 6. Sebelum ia meninggal, sempat bilang ke Ibunya agar mereka ke makam ayahnya sebelum Pilkada.

Semoga engkau tenang di alam sana wahai keponakanku. Dan InsyaAllah kau masuk surga karena tergolong anak-anak masih berusia 13 tahun. Dosa-dosamu belum dicatat Malaikat. Karena masih tanggungan orang tua seperti kami-kami ini. Kamilah yang bersalah dalam hal ini.

Salam saya untuk Menteri Kesehatan dan Pak Jokowi, mbok ya sesekali blusukan ke UGD Fatmawati. Betapa mirisnya, mirip neraka. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun