Pasti jika kalian merasa bosan dengan hiruk pikuk kota, hal yang akan kalian lakukan yaitu mencari udara segar dengan mengunjungi berbagai destinasi wisata alam. Destinasi wisata yang mungkin bisa menjadi salah satu pilihan untuk kalian kunjungi yaitu pantai.
Menurut beberapa penelitian ilmiah yang saya baca dengan berlibur ke pantai bisa mengurangi depresi, kecemasan, dapat mengembalikan kesehatan mental, membuat perasaan dan pikiran menjadi bahagia, tenang, dan kembali bersemangat. Daerah Gunung Kidul dikenal dengan wisata pantainya yang begitu banyak dan tiap pantai mempunyai keunikan tersendiri.
Memiliki potensi pariwisata yang luar biasa, tidak salah jika diberi julukan sebagai gudangnya pantai yang memikat mata para wisatawan lokal maupun mancanegara saat berkunjung. Ciri khas dari pantai di Gunung Kidul adalah memiliki pasir berwarna putih tapi tidak hanya air dan pasir saja pemandangan dari gunung, bukit, air terjun dan taman yang disuguhkan juga tak kalah bagus.
Pantai Siung adalah salah satu daftar destinasi pantai yang terkenal dan banyak dikunjungi karena merupakan tempat yang cocok untuk berlibur dengan teman, keluarga, ataupun pasangan. Terletak di dusun Duwet, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai ini terkenal dengan keunikannya yaitu gugusan batu karang yang terjal dan menjulang tinggi. Selain itu, pantai ini memiliki tempat yang dipakai untuk olahraga panjat tebing.
Ternyata dibalik keindahan pantainya memiliki sebutan dalam pemberian nama. Kata “Siung” mempunyai makna gigi taring, diambil dari kondisi bentuk karang yang ada di sekitar pantai. Menurut warga sekitar bentuk yang terlihat seperti gigi taring kera atau Siung Wanara. Jika anda melihat dari kejauhan atau menggunakan alat bantu drone dari atas maka akan lebih tampak jelas.
Menurut cerita yang beredar, asal-usul sejarah dari pantai Siung adalah berawal dari Siung itu berasal dari kata "Asihing Biyung". Ceritanya, dahulu kala anak perempuan Demang Madangmau dijodohkan dengan anak laki-laki Demang Paliyan. Namun, putri Demang Madang yang bernama Surti tidak mau dijodohkan sehingga memilih untuk kabur. Surti berlari ke arah timur sedang para abdi dalem Demang Madang mengejarnya ke arah selatan ke arah Laut Selatan.
Karena tidak menemukan, para abdi dalem ini kemudian meyakini bahwa Surti terjun ke laut dan melaporkannya ke ayahnya Demang Madang. Demang Madang yang percaya pun meyakini anak perempuannya mati bunuh diri dengan terjun ke laut dan jasadnya tidak ditemukan. Setelah itu, kematian Surti pun diperingati sebagaimana adat yang ada. Mulai dari hari pertama, hari ketujuh, hingga 1000 harinya pun tetap diadakan.
Pelarian Surti yang ke arah timur membawanya bertemu dengan Mbok (Ibu) Lantur, seorang pedagang pasar yang hidup sebatang kara. Kehadiran Surti sangat berarti bagi Mbok Lantur, Surti yang sejatinya anak Demang pun akhirnya dijadikan anak angkat. Seiring berjalannya waktu, Surti dijodohkan dengan Guno, seorang pemuda anak dadi Pawiro Sekti dari Gunung Batur dan Surti pun menerima perjodohan itu. Belum lama mereka berumah tangga, datanglah Sunan Kalijaga yang diutus Raja Mataram untuk memberi tanda tapal batas wilayah Mataram dan Pajang di antara wilayah Song Banyu dan Paranggupito.
Dalam menjalankan tugas Sunan Kalijaga melintasi sebuah desa yang belum diberi nama dan belum masuk wilayah Mataram. Lalu, Surti dan Guno memanfaatkan pertemuan dengan Sunan Kalijaga untuk meminta agar desanya diberi nama. Akan tetapi, Sunan Kalijaga tidak mau memberikan nama karena hanya keturunan Lurah atau Demang saja yang berhak meminta. Dari sinilah muasal Surti terkuak, Surti akhirnya mengaku bahwa dirinya anak dari Demang Madang yang melarikan diri dan kemudian dianggap mati.
Setelah dilacak terbuktilah kebenaran bahwa Surti adalah anak Demang Madang yang dalam pelariannya kemudian ikut Mbok Lantur. Untuk mengingat peristiwa tersebut, kawasan yang belum bernama itu kemudian diberi nama SIYUNG yang berasal dari kata ASIHING BIYUNG. Lambat laun SIYUNG berubah menjadi SIUNG nama yang menggambarkan kasih sayang Mbok Lantur dengan Surti.