Peristiwa Presiden SBY meninggalkan stadion Gelora Bung Karno dalam pertandingan penyisihan Grup E zona Asia pada kualifikasi Piala Dunia 2014 antara timnas Indonesia melawan Bahrain Selasa (6/9/2011) malam, menjadi perbincangan hangat di media. Banyaknya respon yang bermunculan adalah wajar mengingat posisi beliau memang seorang penonton bola yang juga seorang presiden. Banyak yang menyayangkan tindakan Presiden SBY meski beliau melalui juru bicaranya Julian Aldrian Pasha menyatakan bahwa tindakan itu dilakukan karena beliau kecewa suporter timnas bertindak tidak sportif (Kompas.com, Selasa, 06 September 2011 | 22:52 WIB).
Saya termasuk orang yang menyayangkan sikap Presiden SBY tersebut. Kalau melihat rekam jejak beliau dalam menghadapi berbagai masalah bangsa yang lebih besar sebelumnya, contoh kenaikan harga BBM, yang mana beliau tidak muncul memberi pengumuman sendiri secara langsung, namun giliran mengumumkan penurunan harga BBM dengan sumringah menyampaikan langsung, maka tindakan tersebut bisa dimaklumi. Dari situ bisa disimpulkan bahwa seorang Presiden SBY memang bukan figur yang punya jiwa besar menghadapi sengkarut permasalahan bangsa, dari yang besar sampai sepele urusan "kenakalan" suporter sepakbola.
Dalam masyarakat Jawa ada ungkapan "anak polah bapa kepradah" yang artinya anak bertingkah bapak yang bertanggung jawab. Ungkapan ini menuntut orang tua Jawa untuk berani bertanggung jawab menghadapi/menyikapi kenakalan-kenakalan yang diperbuat oleh anaknya. Seburuk apapun tingkah polah sang anak, maka tidak patut bagi orang tua apalagi seorang bapak, lari menghindar dari perilaku anaknya tersebut.
Dengan landasan ungkapan tersebut, maka semestinya Presiden SBY, yang seorang Jawa juga, tidak akan meninggalkan stadion Gelora Bung Karno. Sebagai seorang Jawa dan presiden, betapapun beliau kecewa dan tidak suka terhadap polah tingkah suporter Indonesia, akan tetap ditempat. Bahkan kalau perlu dalam kondisi yang mendesak, ikut menenangkan para suporter yang nakal tersebut. Kemudian setelah pertandingan selesai dengan jiwa besar menemui tim tamu dan para pengurus FIFA yang hadir, memberi selamat sekaligus memohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh ulah para suporter itu. Inilah tindakan kesatria sebagai "orang tua" dari suporter sepakbola Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H