Mahasiswa S1-Sastra Inggris Universitas Diponegoro membawakan program literasi cerpen berbahasa Inggris dengan memanfaatkan teknik penulisan furigana. Program ini dilaksanakan selama tiga minggu, dari 19 Juli 2022 sampai 5 Agustus 2022, dengan target siswa-siswi SDN 1 Kiringan Boyolali, khususnya kelas 4, 5, dan 6.
Mahasiswa atas nama Muhammad Arif Wicaksono (21) itu menyatakan bahwa pengenalan sastra, terutama yang berbahasa Inggris, sangatlah penting diberikan kepada anak sebagai bahan pembelajaran bahasa sejak dini. Namun, anak akan kesulitan jika hanya diberi teks saja. Maka dari itu, penggunaan teknik penulisan furigana begitu berperan penting di sini.
Penulisan furigana yang dimaksud adalah pemberian terjemahan di setiap kata atau frasa. Sehingga, selain mendapat kosakata baru dan hiburan berupa cerita pendek, para siswa juga akan lebih siap menerima pelajaran dikarenakan kosakata yang ditulis dalam cerpen juga menyinggung materi pembelajaran.
“Saya bisa paham cerpennya dan mencari arti katanya tidak sulit,” ujar Tirta, siswa kelas 6 ketika ditanyai setelah kegiatan usai (20/07/2022).
Kegiatan dimulai dengan mendistribusikan cerpen kepada anak-anak, lalu dibaca bersama. Pertama-tama, mahasiswa membaca beberapa kata Bahasa Inggris, lalu anak-anak menirukan. Dilanjutkan dengan membaca terjemahan kata atau kalimat tadi, dan anak-anak juga menirukan.
Hal ini berguna untuk melatih skill pengucapan kosakata, karena setiap kali anak-anak salah dalam mengucapkan, atau mengucapkan dengan ragu-ragu, Arif langsung mengulanginya, menuntun per suku kata sehingga anak-anak bisa fasih.
Setelah membaca selesai, kegiatan dilanjutkan dengan Arif menulis beberapa kosakata di papan tulis, lalu siswa-siswi diharapkan untuk mencari artinya berdasarkan cerpen tadi. Hal ini dapat menguji pemahaman siswa mengenai kosakata yang baru saja mereka baca.
Selama kegiatan, para siswa sangat antusias mengikuti. Sampai-sampai, hanya terjadi di beberapa kosakata saja, dari keseluruhan kegiatan yang telah dilaksanakan, yang siswa salah mengartikan.
Di dalam pelaksanaannya, kelas 4 yang paling ribut saking antusiasnya. Tetapi, kelas enamlah yang paling bisa diatur, serius, tapi juga bisa.