Dari golongan darah pelaku, dapat dipastikan bahwa darah yang ada di tangan kala itu bukanlah miliknya. Sekarang, tinggal mencari kecocokannya saja. Namun, karena kepolisian begitu kekurangan petunjuk, mereka bingung harus mulai dari mana. Lalu diputuskan untuk mengetes seluruh kepala keluarga di kota Boyolali. Terutama mereka yang memiliki garis keturunan Belanda. Kejanggalan pun mulai terlihat. Selama seminggu, belum ada sama sekali laporan orang hilang maupun kecocokan DNA.
Demi harapan dapat menghemat biaya, kepolisian meminta presiden untuk bekerja sama dengan Belanda, dengan dugaan sementara keluarga Bella adalah keturunan Belanda asli dan telah kembali ke sana ketika dia tertinggal dan terbunuh. Dua bulan berlalu, tak ada hasil memuaskan, dan kabar ini menyebar luas. Beberapa perusahaan besar dan organisasi perlindungan anak lalu menggelontorkan sejumlah biaya untuk kepolisian bisa terus melanjutkan investigasi.
Seluruh penduduk Boyolali tak memiliki keterkaitan apa pun dengan Bella. Kelompok pecinta alam seluruh kota Boyolali pun ikut melakukan penyisiran besar-besaran ke hutan-hutan jika saja jasad Bella dipindahkan oleh seseorang maupun diseret anjing liar. Kelompok dari luar juga ikut andil dalam menyisir di kota mereka masing-masing.
Masih tak ada kabar mengenai orang hilang dari pihak Belanda. Pemerintah Belanda telah melakukan pengecekan daftar nama penduduk yang terdaftar, namun tak ditemukan nama Bella Hermann. Seluruh negara tetangga seperti Jerman dan Perancis juga melakukan pengecekan nama, namun hasilnya tetap nihil.
Sampel darah dan jantung bisa dipastikan valid, bukan buatan. Tapi, kenapa penyelidikan bisa seaneh ini? Itu yang dipertanyakan seluruh dunia. Orang-orang pun menganggap bahwa pemerintah negara-negara terkait telah menyembunyikan sesuatu, padahal kenyataannya, mereka benar-benar melakukan investigasi mendalam sampai memakan biaya yang fantastis.
Selama satu tahun penuh, tes DNA besar-besaran tak sedikit pun membuahkan hasil. Para aktivis seluruh dunia telah menyuarakan orasi mengenai perlindungan perempuan dan anak. Kasus ini juga sudah menjadi headline hangat di berbagai negara, bahkan, sampai terjadi kerusuhan oleh beberapa kelompok orang yang percaya semua hal ini adalah kebohongan oleh pemerintah. Percaya bahwa seluruh tes DNA hanyalah keuntungan bagi pemerintah untuk memojokkan pihak mana pun yang tak mereka sukai di waktu mendatang.
Nama Bella Hermann masih menjadi sosok yang misterius. Siapakah sebenarnya anak ini? Kenapa dia bisa terbunuh? Apa motif pelaku yang sebenarnya? Dunia diliputi tanda tanya.
Sampai pada akhir 1992, sebuah surat tiba dari kantor pos kepada polres kota Boyolali. Surat itu tak bernama, berisi kalimat-kalimat sebagai berikut:
“Semasa kecil, aku pernah bermimpi menjadi orang besar. Presiden, ilmuwan, apa saja. Melihat dunia dari ujung dunia adalah sesuatu yang sangat kudambakan sedari dulu. Menjadi orang yang disanjung, dan dikenal. Namun, impianku harus pupus ketika aku gagal masuk ke universitas. Stress yang semakin membunuhku tiap detiknya.”
“Pada saat itu, aku semakin paham jika seluruh impianku hanyalah angan yang tak mungkin terwujud. Aku bodoh dalam menerima teori, sedikit payah dalam olahraga, seolah sikap enerjikku tak ada gunanya dan hanya pajangan saja. Demi menyambung hidup, aku pun masuk ke kepolisian kota Boyolali.”
“Sejak saat itu, aku mulai melihat banyak orang-orang hebat yang melakukan kriminal dan sempat lolos beberapa kali, meski akhirnya tewas oleh tembakan ‘operasi pengamanan terukur.’ Pemandangan itu mulai menjadi sebuah kebiasaan, dan pikiranku pun semakin berkembang. Mereka hanya kriminal amatiran yang bertindak hanya sesuai id tanpa terproses oleh ego maupun super-ego. Banyak celah yang sama sekali tak dipikirkan sehingga mudah saja tertangkap.”