Mohon tunggu...
Listia Hesti Yuana
Listia Hesti Yuana Mohon Tunggu... KATA Lovers -

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

ASN Millenial, Negara Memanggilmu...

5 Januari 2019   12:58 Diperbarui: 5 Januari 2019   13:18 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Listia Hesti Yuana

Menjadi ASN sepertinya sudah menjadi impian mayoritas kawula muda. Data BKN bulan Oktober 2018 menyebutkan bahwa jumlah pendaftar ASN 2018 sudah lebih dari 4 juta pelamar. Tak pelak mereka harus berjuang saling sikut untuk memperebutkan 238.015 formasi yang tersebar di berbagai Kementerian/Lembaga baik di pusat maupun daerah. Tagar #2019jadiASN bertebaran di berbagai platform media sosial sebagai bentuk optimisme memenangkan persaingan. 

Pendaftaran ASN tahun 2018 memang menyisakan drama-drama menguras hati. Kalau kalian mengikuti akun Instagram BKN atau aktif kepo di media sosial untuk mengikuti perkembangan seleksi CPNS 2018 kalian pasti masih ingat kan ricuhnya SKD karena membludaknya peserta. Waktu selesai SKD juga banyak kekecewaan karena katanya passing grade terlalu tinggi sehingga banyak peserta tidak lulus. 

Ya begitulah Fergusso, seleksi ASN memang tak semudah dulu. Kalian sering teriak-teriak katanya PNS gabut, makan uang negara tetapi dampak kinerja ga ada kan? Nah, Salah satu usaha pemerintah untuk memperbaiki kualitas PNS ya dengan memperbaiki sistem seleksi masuk. Kalau kalian berhasil lolos seleksi dan berhasil menjadi ASN akan ada perasaan bangga karena proses seleksi yang tidak mudah dan jumlah pesaing mirip jumlah KK satu desa di luar Pulau Jawa.

Saya sendiri merupakan ASN di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Mengikuti pendaftaran seleksi CPNS tahun 2013 dan mulai aktif bekerja di Kementerian pada tahun 2014. Kalian tahu Kementerian LHK kan, itu loh yang terkenal dengan program Perhutanan Sosialnya. Kalau belum tahu juga coba follow deh instagramnya. Pertama kerja seperti kebanyakan pegawai baru lainnya pasti ditatar atasan buat paham aturan main dan alur kerja di instansi. Setahun jadi anak baik-baik, banyak belajar, kemudian prajab dengan teori dewanya, dua tahun tiga tahun mulai muncul sifat membangkang.

ASN merupakan pekerjaan pertama saya artinya pengalaman bekerja memang belum ada. Doktrin di perguruan tinggi selama kuliah mengenai kesetaraan peran masih melekat kuat. Tetapi di dunia kerja termasuk ASN kamu harus mengenal berbagai karakter orang. Budaya senioritas yang masih kental, rutinitas yang mengekang kreatifitas, perbedaan prinsip bekerja dan gap generasi sempat membuat saya menyesal menjadi ASN. 

Paksaan mengikuti sistem yang tidak sesuai dengan idealisme membuat rasa membangkang itu semakin nyata. Dan pada akhirnya belajar selama 4 tahun, cukup untuk mengumpulkan amunisi peperangan keinginan memperbaiki sistem.

ASN jaman now berbeda dengan ASN jaman old. Proses seleksi ketat, terbuka, dan adil menghasilkan pribadi yang merasa "Saya berada di sini karena kemampuan saya bukan karena chanel atau kebaikan budi orang lain". Alhasil dalam bekerja pun pengennya "right man in the right place". 

Kalau ada orang yang tidak kompeten menduduki suatu posisi  jadinya ya berantem terus karena kamu harus memback up dan memaksa kamu generasi milenial untuk berada di garda terdepan serta bekerja lebih dari porsi kamu agar roda itu bergeraknya lebih cepat. Jika ada sesuatu yang tidak sesuai selalu protes tanpa peduli dengan siapapun berhadapan. Kalau ada anomali fakta di lapangan dengan situasi "seharusnya" rasanya pengen langsung lapor Pak Jokowi. Tapi tak semudah itu Fergusso.

Semua kembali lagi ke niat bekerja. Kalau hanya ingin sekedar mendapat gaji, berangkat setengah 8 dan pulang jam 4 berarti kamu sama saja dengan robot. Kalau ingin menjadi kaya yang jelas jangan menjadi ASN. Sedikit gambaran buat kalian yang ingin menjadi ASN atau baru saja diterima jadi ASN,  gaji ASN golongan IIIa dengan masa kerja 0 tahun besarnya 2,4 juta, tunjangan kinerja grade 7 sekitar 2,7 juta, uang makan satu bulan full sekitar 600rb jadi total pendapatan 5,7 juta per bulan.

Kita tidak memperhitungkan rapat, lembur atau uang perjalanan dinas karena itu bersifat tidak pasti dan tergantung instansi. Untuk hidup di daerah mungkin itu sangat cukup tetapi untuk di Jakarta kamu harus garuk-garuk tembok. "Tapi kan PNS nyantai kerjanya ga kaya swasta?" Hei Fergusso, kamu hidup di tahun 2019 dan pemerintahan Pak Jokowi jadi kalau pola pikir kamu masih tertinggal di era 90an dimana ASN nyantai kamu harus bangun Fergusso. Apalagi kamu jadi ASN Kementerian di pusat maka siap-siap putus buat yang pacaran dan siap-siap jadi bang toyib buat yang udah nikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun