Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kliping, ke Manakah Kau Kini?

2 Januari 2019   16:10 Diperbarui: 2 Januari 2019   19:25 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Tribun Jabar - Tribunnews.com

Ah, jangan kau tanyakan itu. Kliping sekarang tak bertuan lagi, entah ke mana. Apakah masih ada atau sudah musnah, para pembaca dan pencari sumber pengetahuan entah nanti untuk data menulis, penelitian atau mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru. Itu riwayatmu dulu.

Kini, sebagaimana korban-korban kehadiran Mbah Google, korban dunia maya, di mana semua dikuasai internet, kliping pun nasibnya sama dengan mesik ketik yang digusur komputer tabung lalu digusur oleh laptop. Wartel digusur telepon, telepon dilibas HP sepertinya juga kamera dilengserkan HP android yang lebih praktis dipakai untuk mengabadikan momen.

Teknologi menerebos menguak zaman. Siapa tak sigap tak sanggup mengikutinya akan terlindaslah dia. Apalagi industri 4.0 tengah menyergap, jadul tersalip, terjungkal tersingkirkan zaman. Kliping? Entahlah kini keberadaannya.

Bagi saya, kliping masih mengisi rak-rak buku perpus pribadi saya di rumah. Baik koleksi lama ataupun kliping baru yang masih saya buat. Memang saking tak muatnya tempat untuk menyimpan sudah banyak yang saya kilokan dijual kepada pemulung rongsok. Karton, koran dan kertas HVS lumayan harganya.

Dulu, saya pernah dijuluki "Engkong Kliping" oleh para murid saya. Kliping merupakan tugas kalau siswa ingin menambah nilai. Sebelum ada Kurikulum 2013, saya telah menerapkan sistem penilaian seperti pada Kurikulum 2013. Bagi siswa kelas terakhir ada tugas akhir untuk membuat karya tulis dalam bentuk kliping.

Guru yang saya gantikan mewajibkan para siswa kelas tiga untuk menyusun karya tulis. Penelitian untuk dibuat karya tulis itu bagi anak SMP bagi saya terasa berat. Maka saya ganti dengan menyusun karya tulis berdasarkan data dari kliping. Entah itu dari koran, majalah, tabloid ataupun media cetak yang lain.

Kliping-kliping itu temanya silakan ditentukan siswa sendiri. Apakah itu budaya, seni, fisika, pariwisata, olahraga dan sebagainya. Yang dikliping dari berita, opini, kolom, features di media cetak. Mereka susun dengan penyusunan seperti membuat karya tulis. Ada halaman judul, kata pengantar, daftar isi, lembar pengesahan, lembar persembahan, pendahuluan dan, pembabagan. Pokoknya persis karya tulis hanya isinya kliping.

Kliping dibendel dengan sampul warna yang telah diklasifikasikan. Misal warna merah untuk IPS, biru pariwista, abu-abu olahraga, coklat muda bahasa, dst. Tujuan karya tulis ini, eh ... kliping ini sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir. Pertahun terkumpul sekitar 150 bendel dan menjadi koleksi perpustakaan sekolah. Yang mau mencari data lewat bendel kliping tinggal mencari warna yang dibutuhkan sesuai topik yang dicari.

Nah... nah... jadilah saya dijuluki "Engkong Kliping". Para siswa saya harus selalu mencari informasi lewat media cetak. Zaman old belum ada Mbah Google. Lalu, saya mengarahkan mereka untuk tugas kliping adalah sebagai tugas mengasah ketelitian, estetika dan kegemaran membaca karya jurnalistik. Jadi hasil bendel kliping harus ciamik berikut teknik gunting dan menempelkannya di kertas.

Bukan asal gunting, asal tempel. Saya kembalikan kalau ada siswa setor kliping yang asal-asalan. Teliti halaman folio atau kuarto bisa ditempel jadi berapa kolom. Model koran Kompas bisa menjadi empat kolom. Tabloid atau majalah ada yang tiga kolom ada yang dua kolom. Bahkan tajuk rencana Kompas hanya satu kolom. Ditempel di kertas harus rata atas rata bawah, digunting rapi tipis jaraknya dengan pinggir tulisan.

Menata letak antara judul, gambar atau foto illustrasi agar serasi pas dan indah. Menjadi seperti sedang me-layout atau me-nyeting sebuah majalah dinding. Makanya, Sakristi, nama majalah dinding sekolah saya mengajar dulu, sering memenangkan lomba baik di tingkat kabupaten ataupun provinsi. Ketika melanjutkan ke SMA, mereka yang terbiasa ngliping jadi aktivis majalah dinding.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Membuat kliping dimulai ketika saya menjadi kepala bagian siaran sebuah radio swasta. Untuk kepentingan materi--koran, Majalah Siaran, saya mengliping koran langganan tempat saya kerja. Dibendel jumlahnya bertumpuk-tumpuk, bisa buat kasur untuk tiduran. Penyair, penulis rubrik kesehatan Hendrawan Nadesul ketika dolan ke Purwokerto ke rumah Kurniawan Junaedi, penyair yang juga Pemred Tiara, Gramedia Kompas Grup, ketika mampir ke studio radio tempat saya bekerja. Luaaar ... biasa! Begitulah komentarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun