Ah yang benar? Bukannya Sontoloyo lagi bikin heboh setelah diungkapkan Joko Widodo? Masa Sontoloyo dari Kebumen stuntman-nya  Togog? Sontoloyo yang bikin geram Capres nomor 1 ini dilontarkan saat beliau membagikan sertifikat tanah untuk masyarakat Jakarta Selatan. Kata itu diucapkan saat Jokowi mencurahkan kekesalannya karena pencairan dana kelurahan dikaitkan dengan Pilpres 2019. Menurut Jokowi, hal tersebut merupakan ulah politikus yang ingin mempengaruhi masyarakat.
Dikutip dari kumparanNEWS, Kamis 25 Oktober 2018, begini pernyataan Presiden Joko Widodo, "Itulah kepandaian politikus untuk mempengaruhi masyarakat, hati-hati, banyak politikus baik-baik, tapi banyak juga politikus sontoloyo," tegas Jokowi di Lapangan Ahmad Yani, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (23/10). Sehari berikutnya, Joko Widodo menjelaskan maksud pernyataannya soal politisi sontoloyo itu. Menurut dia, politisi sontoloyo adalah mereka yang masih menggunakan cara-cara tak sehat demi mendapat simpati rakyat di ajang pemilu.
"Kalau masih memakai cara-cara lama seperti itu, masih politik kebencian, politik SARA, politik adu domba, politik pecah belah. Itu yang namanya politik sontoloyo," ujar Jokowi di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (24/10). Jokowi menilai menjelang pemilu, politisi banyak menempuh cara yang tidak sehat. Hal ini memang sering terjadi dalam beberapa kali pemilu. Namun, ia tak ingin hal ini terjadi di Pilpres 2019.
Lha, ini sontoloyo yang memang bikin heboh karena diungkapkan oleh sang petahana dalam kontestasi Pilpres 2019. Jelas jadi heboh karena bikin polemik dan jadi bahan baku untuk gorengan politik. Maklum saja, kalau  buka KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)  sontoloyo berarti konyol, tidak beres, bodoh. Tertulis pula dalam KBBI, kata itu dipakai sebagai makian. Gorengan  kemriyik renyah untuk nyamikan menaikkan suhu politik.
Terkait masalah pernyataan sontoloyo ini sejumlah politisi oposisi memberikan tanggapannya. Di antaranya adalah Hinca Panjaitan Sekjen Partai Demokrat, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera dan Wakil ketua Umum Gerindra Fadli Zon. Berikut tanggapan Fadli Zon politisi yang gorengannya  paling pedas. Kompas.com merilis, Fadli Zon menilai penggunaan kata sontoloyo itu tidak pantas dilontarkan oleh seorang kepala negara, "Saya kira itu kan istilah yang agak kasar" Lebih lanjut Wakil Ketua DPR itu mengatakan, "Yang sontoloyo itu adalah orang yang tidak melaksanakan ini dengan baik. Yang tidak merencanakan dengan matang. Yang tidak memenuhi prosedur sesuai tata aturan yang ada. Itulah sontoloyo"
Sebenarnya yang pernah mengatakan kata sontoloyo bukan hanya Joko Widodo. Amin Rais pernah berbicara tentang pemimpin sontoloyo saat Pajero (Pengajian Jelang Romadon) di Alun-alun Banjarnegara. Menurutnya pemimpin yang tidak memikirkan rakyat tetapi menjadi agen kekuatan asing adalah pemimpin sontoloyo. Begitu Amin Rais mengatakan kepada para wartawan usai acara Pejero di Banjarnegara, Minggu 6 Mei 2018.
Amien Rais juga menyinggung pemimpin saat ini yang menurutnya tidak berhasil menepati janji. Ia mencontohkan seperti janji menambah 10 juta lapangan pekerjaan untuk bangsa sendiri, soal utang hingga impor pangan. Pernyataan itu langsung ditanggapi oleh Sekretaris Badan Pelatihan dan Pendidikan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari yang menyebut pernyataan Amien itu membuat gaduh. Ia juga menyatakan omongan Amien membuat polusi udara dan pendengaran.
"Sontoloyo itu kalau kata Bung Karno, orang yang suka menang sendiri, benar sendiri, menghina orang lain yang beda, menyesatkan bahkan mengharamkan orang yang beda darinya. Kalau Jokowi bukan, dia sopan, hormat kepada siapapun, bahkan berkata kasar tidak pernah meski power di tangannya," ucap Eva dikutip dari TribunWow.
Ternyata bukan saja Joko Widodo dan Amin Rais yang membicarakan tentang sontoloyo, Jauh sebelum itu, Bung Karno, Presiden pertama Republik Indonesia juga pernah menggunakan kata Sontoloyo. Bung Karno bahkan menggunakannya dalam artikel panjang yang kemudian menjadi buku. Sontoloyo menjadi kata dalam judul buku itu.
Bung Karno menggunakan istilah sontoloyo untuk menyebut perilaku beragama yang hanya simbol, cuma kulit, sebatas hal remeh-temeh, tidak berkutat pada hakikat. Model perilaku seperti ini kini kian sering ditemukan. Bung Karno memberi contoh, banyak umat beragama yang marah jika seseorang melanggar pantangan remeh temeh. Sebaliknya cuma segelintir yang gusar kepada para koruptor, kepada orang-orang yang menindas kaum miskin.
Oooo ... begitu, hebohnya sontoloyo. Lha, kalau Sontoloyo yang jadi stuntman-nya Togog punakawan dari Kebumen itu, Sontoloyo yang bagaimana? Nah, kalau Sontoloyo ini adalah Sontoloyo nama punakawan dalam jagad pewayangan gagrak banyumasan. Pakeliran wayang di Kebumen termasuk dalam padhalangan gagrak Banyumas yang meliputi Kebumen, Cilacap, Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara.