Sebab musabab gara-gara bencana seperti gempa dan tsunami kerap dibenturkan dengan dalil-dalil ideologis yang bisa menggesek budaya dan agama. Isu yang menyebabkan gesekan ini ditengarai karena Festival Nomoni. Di dalam kegiatan tahunan pada perayaan ulang tahun Kota Palu itu, para tetua adat membaca mantra-mantra tua dan kembali menghidupkan tradisi lama: memberi sesaji pada semesta.
Banyak orang awam tidak paham, bahwa Indonesia dikelilingi oleh Ring of Fire. Cincin api. Nusantara, Â punya sedikitnya 127 gunung berapi aktif. Jika satu menggeliat, geliatan itu bukan tidak mungkin akan menjalar pada cincin api. Belum lagi jika lempeng-lempeng besar di bawah laut pun bekerja. Evolusi gunung berapi, gempa bumi, dan tsunami menjadi fenomena alam tak terelakkan, informasi ini bisa dibaca di akun @infoBMKG .
Jadi ada apa di balik Sedekah Laut? Kabid Didikbud Cilacap Badrudin Emce mengatakan, Sedekah Laut adalah tradisi yang tumbuh di tengah masyarakat nelayan sejak jaman dahulu. Ritual ini tak berhubungan dengan akidah atau kepercayaan tertentu.Â
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Cilacap memeliki kepentingan dalam tradisi ini. Kegiatan sedekah lau ini untuk memperkenalkan kekayaan budaya Nusantara kepada siswa maupun guru. Oleh karenanya Disdikbud menyarankan agar guru dan siswa mengikuti gelar budaya itu untuk media pembelajaran, "Agar bisa menmgenal, menapresiasi budaya yang ada di sekitar lingkunganya," Nah, kaya kuwe seperti dikutip dari Tribunjateng.Com.
Lain Cilacap, lain Banyumas. Cilacap ada sedekah laut lalu timbul pro dan kontra, lha, Banyumas ada sedekah bumi, apa nanti juga muncul pro dan kontra? Pemkab Banyumas lagi gencar-gencarnya menggelar even wisata budaya untuk merayu pelancong dari berbagai daerah untuk berkunjung ke Banyumas dalam rangka meningkatkan perolehan PAD untuk menyejahterakan masyarakat. Lha, kalau timbul pro dan kontra lalu timbul gesekan antara budaya dan agama, jan cilaka pisan.
Semoga dari 19 even wisata budaya yang digelar Pemkab Banyumas melalui Dinporabudpar ada 6 paket yang bisa memungkinkan pro dan kontra yaitu : Jaro Rojab, Unggah-unggahan Adat Bonokekeling, Tutupan Sadran Kalitanjung, Grebeg Suran Festival Baturaden, Penjamasan Jimat Kalisalak, Kalibening dan Nalabranta, tidak menimbulkan pro dan kontra.
Pro dan kontra wajar asal tidak merembet lalu menggesek antara budaya dan agama. Tapi masyarakat Banyumas yang memiliki kesadaran pluralitas tinggi, yang mampu menjaga dan memelihara berbagai keberagaman budaya, agama, kepercayaan, adat istiadat di Tlatah Banyumas karena sikap terbuka mau menerima dan memahami sesama telah menjadi rabuk kesuburan Bhineka Tunggal Ika. Semoga tidak ada pertanyaan, ada apa di balik sedekah bumi?
Sumber : Merdeka.com, Liputan6.com, Tribunjateng. Com,
kolom detiknews : candra malik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H