Jitu, Sandy Uno memanfaatkan dirinya untuk menggaet emak-emak untuk kepentingan elektoral dirinya. Jelas bermodal, tampan, gaul, milenial juga lalu kaya raya. Kardusnya jelas segudang, bagaimana para emak tidak kepincut, padha nggrudug merubung dan dijadikan idolanya. Uang cepe, hanya bisa beli cabe sama bawang! Geger, emak-emak bekoaran. Tempe setipis ATM, ibu-ibu ramai nyaring berclotehan bersahut-sahutan malah ada yang siaran langsung belanja ke warung bawa uang seratus ribu dan nyari tempe tipis untuk dicoba dimasukan ke lubang ATM.
Nah, ini makin ribut geger moer demo-demoan. Ya, ketika kumpulan emak-emak ini dimanfaatkan dengan nyata untuk kepentingan politik. Bergerudugan puluhan emak-emak, bawa spanduk, bawa mobil komando untuk orasi di depan KPU menuntut Jokowi untuk mundur jadi presiden. Mereka memberi contoh idola mereka Bang Sandy Uno yang mundur sebagai wakil gubernur tatkala menjadi calon wapres. Jeileee.... mau aja  dimanfaatkan.
Mungkin mereka para emak terkesima dan tersihir oleh pidato Sandy Uno tatkala mendaftar di KPU, Â "Juga begitu banyak partai di sini, tapi yang belum ada itu adalah partai emak-emak," ucap Sandi disambut riuh rendah emak-emak yang hadir untuk mengantarkan Prabowo-Sandi mendaftar ke KPU.Â
"Partai emak-emak juga terepresentasi di sini dan kami akan berjuang untuk partai emak-emak. Kami ingin harga-harga terjangkau, harga pangan stabil, dan kami ingin percepatan pembangunan dengan yang bersih," janji Sandi.
Rupanya kubu penantang menyusun strategi emak-emak. Ketua MPR Zulkifli Hasan punya pemaknaan sendiri soal istilah 'The Power of Emak-emak' yang populer belakangan ini. Baginya, istilah itu justru merujuk pada kekuatan doa dan kesabaran seorang ibu.
"Ibu adalah mata air kasih sayang yang tak pernah habis. Kekuatan ibu ada pada doa dan kesabaran serta keikhlasan untuk anak-anaknya," kata Zulhasan, sapaan akrabnya, dalam keterangan tertulis, Rabu (4/4/2018).
Hal ini disampaikan Zulhasan saat bertemu dengan ratusan anggota Perempuan Peduli Pembangunan Daerah Indonesia di Nusantara V, kompleks DPR, Senayan.
Akibat pemanfaatan emak-emak ini, perang antar emak-emak pun meletus jadinya. Â Gerakan Perempuan Milenial Indonesia (Permisi) berdemonstrasi di depan gedung Bawaslu. Mereka meminta Bawaslu turun tangan menyetop politisasi 'emak-emak' di Pilpres 2019. Lebih dari 100 demonstran datang ke gedung Bawaslu, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat. (11/9/2018). Demikian banyak media memberitakan.
Sambil membawa spanduk dan poster, pendemo meneriakkan tuntutan agar Bawaslu bertindak tegas dengan praktik politik yang dinilai menyimpang termasuk soal urusan emak-emak.
"Menolak pelibatan ibu emak-emak kami dalam mobilisasi dan keterlibatan politik praktis pada Pemilu dan Pilpres 2019," ujar koordinator nasional Gerakan Permisi, Anada Lamadau, membacakan tuntutan.
Nah lo .. nah lo ... ada yang melawan Barisan Emak-emak Militan (BEM) yang dikoordinasikan oleh Tri Erniyanti. Emak-emak pun mulai melawan emak-emak yang gigih menyuarakan #2019 Ganti Presiden, Neno Warisman.Â