Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahasa Ngapak Terabaikan pada Peringatan Hari Jadi Banyumas

6 Februari 2018   16:10 Diperbarui: 8 Februari 2018   19:17 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: ngopie.com

Hari Jadi Banyumas setiap tanggal 22 Februari dirayakan sehari setelah peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional yaitu pada tanggal 21 Februari. Sejak tahun 2016, tanggal 22 Februari tersebut menggantikan tanggal 6 April yang sebelumnya ditetapkan menjadi Hari Jadi Banyumas. Pada peringatan Hari Jadi Banyumas tanggal 22 Februari yang selang sehari dengan peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional itu, kegiatannya, acara-acaranya, agendanya tidak pernah dikaitkan dengan bahasa ibu, Bahasa Banyumas. Tahun 2018 untuk ketiga kalinya Hari Jadi Banyumas yang berdekatan dengan Hari Bahasa Ibu tidak digandhneg-cenengkan dengan bahasa ngapak wong penginyongan. Melasi pisan basane dhewek ya? Kaya anak kewalon.

Kali ini peringatan Hari Jadi Banyumas yang ke-447 pun tidak ada secuil pun yang berkaitan dengan bahasa ibu warga Banyumas. Sekretaris Dinporabudpar Kabupaten Banyumas Suwondo Geni dalam rapat koordinasi penyusunan agenda wisata 2018 menjelaskan bahwa ada 19 event dalam rancangan kalender wisata tahun 2018. Beragam event ini mulai dari peringatan Hari Jadi Banyumas, Banyumas Extravaganza, Festival Serayu, dan ragam event lainnya.

Rangkaian kalender wisata ini bakal dimulai dengan peringatan Hari Jadi Banyumas ke 447. Event ini akan dihelat pada 11 Februari mendatang. "Event perdana Budhalan Rengos Replika Saka Guru Si Panji dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Banyumas. Rangkaian ini ada enam kegiatan besar," ujar Sekretaris Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Suwondo Geni dalam rapat koordinasi penyusunan agenda wisata 2018.

download-5a796fd9f13344207c502622.png
download-5a796fd9f13344207c502622.png
Menurt Suwondo, rangkaian Hari Jadi Banyumas untuk tahun ini bakal digelar dengan durasi yang lebih lama. "Pergeseran waktu Boyongan Saka Guru Si Panji dijadwalkan bertepatan dengan hari libur yaitu Minggu (11/2)," jelasnya. Suwondo menambahkan, Banyumas Extravaganza yang selalu bisa menjadi magnet banyak wisatawan rencananya digelar 15 April berdekatan dengan libur panjang. "Tujuannya agar menyedot pengunjung lebih banyak," tambahnya.

Nah ... nah ... benar kan? Tidak ada acara yang berkaitan atau gandheng-cenenge dengan bahasa ibu, bahasa ngapak? Padahal bahasa merupakan warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage). Bersama warisan budaya benda (tangible cultural heritage) merupakan aset warisan leluhur yang bisa dikembangkan menjadi kebanggaan Tlatah Penginyongan untuk mengharumkan bangsa. 

Bahasa ngapak sekaligus sebagai jati diri wong Banyumas dengan segala pernik keunikannya diyakini bisa mampu mengoptimalkan sektor wisata dan budaya yang konon jadi andalan Banyumas, sekaligus untuk merawat sikap dhemen/cinta kampung halaman daerah perdikan cedhek watu adoh kraton yang selalu diperjuangkan secara heroik oleh para pimpinan leluhur wong Banyumas. Di mana pun orang Banyumas berada mereka selalu tak melupakan bahasanya, selalu menggunakan bahasa ngapak.

Mungkin, inilah salah satu sebab mengapa sulit untuk mewujudkan tagline "Banyumas Menjadi Sinarnya Tanah Jawa" sebuah jargon yang selalu digembar-gemborkan oleh salah satu cabub Banyumas pada Pilkada ke Pilkada di Banyumas. Sebenarnya tagline ini sungguh heroik penuh daya pancar wibawa sebagai Banyumas daerah perdikan yang tak kenal menyerah baik pada kultur ngarsa dalem dari semasa kekuasaan Pajang, Mataram sampai penjajah Belanda.

Ironis memang, pengusung tagline yang heroik itu justru merusak warisan budaya benda karya peninggalan Bupati Yudhanegara V. Dan, di masa kekinian para pemangku kepentingan di bidang budaya yang berimbas pada sektor pariwisata yang katanya bisa menjadi sumber pendapatan daerah tumpul ide, kurang kreatif dan agak gagal paham tentang inovasi.

Contohnya "Banyumas Extravaganza" yang menjadi degdhunge peringatan Hari Jadi Banyumas yang diapdosi dari Pawai Budaya Banyumas kreasi DKKB (Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas) dari dulu itu-itu saja penampilannya. Lebih banyak ke arah fashion carnival seperti Jember Carnival, Solo Carnival dan fashion carnival lainnya.

Jika sing mbaureksa pemerintahan Banyumas idealis dan ambisius untuk meraih Anugerah Penghargaan Kebudayaan PWI, seperti yang diraih oleh Ridwan Kamil Bandung, Dedi Mulyadi Purwakarta, Enthus Susmono Bupati Tegal, Abdullah Azwar Anas Banyuwangi maka harus kerja keras berani untuk inovasi, bukan copy paste pendhak acara hari jadi aben tahun.

Berkhayal Banyumas atau Purwokerto bisa menjadi "Kota Pusaka", Panitia Hari Jadi Banyumas bisa mengadopsi Banyuwangi kota Seribu Festival. Oleh karena itu, salah satunya adalah berani mengembangkan bahasa ngapak dengan penuh inovasi, yaitu dengan menyertakan bahasa ibu itu, bahasa ngapak menjadi salah satu acara pada peringatan Hari Jadi Banyumas. Festival Bahasa Ngapak, Ora Ngapak Ora Kepenak. Selamat berhari jadi Banyumas ke-447. Dirgahayu Banyumas! Bravo Republik Ngapak

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun