Nah, Antasena ini benar-benar pahlawan superhero pribumi, yang eksis di jagad pakeliran hasil imajinasi cerita carangan gagrak pedhalangan  Tanah Jawa. Antasena  hanya ada di gagrak pedhalangan Ngayogyakarta dan Banyumas, gagrak Surakarta Antasena nama lain dari Antareja. Antasena tidak masuk ke dalam kisah Mahabharata karangan Mpu Vyasa dari India, ia betul-betul produk lokal asli pribumi tidak seperti saudaranya Gathotkaca atau ayahnya Bima.
Di antara para pahlawan superhero Pandawa, Antasenalah tokoh yang paling misterius. Dibanding saudaranya Gathotkaca dan Antareja sesama pahlawan superhero Negeri Amarta kemunculannya di jagad pewayangan Tanah Jawa dibuat nyleneh. Â Sama dengan Bawor di gagrak banyumasan yang mbeling, demikian pula Antasena urakan dan angin-anginan, mungkin karena anak bungsu, apa ya. Tak pernah memakai bahasa kromo,bahasa halus kalau berbicara dengan siapa pun, persis ayahnya Werkudara.
Ibunda Antasena adalah Dewi Urangayu putri Sang Hyang Baruna. Antasena anak manusia yang lahir dari keturunan bangsa Samudra dan bangsa Dewa, makanya kesaktiannya ngedhap-ngedhapi pisan. Sakti mandraguna, tak ada dewa yang bisa mengalahkannya, bumi pun dengan mudah bisa dilumatkan. Saat Antasena masih dalam kandungan, Khayangan Suralaya diserbu oleh Prabu Dewa Kintaka dari Kerajaan Guwacinraka yang bemaksud untuk merebut dan menikahi Batari Kamaratih. Antasena yang masih dalam kandungan, dikeluarkan oleh Sang Hyang Narada, dan diajukan ke peperangan. Berkat perlindungan Sang Hyang Wenang, Antasena mampu mengalahkan Prabu Dewa Kintaka dan pasukannya. Setelah mampu mengalahkan kraman Antasena diserahkan kepada Sang Hyang Antaboga untuk dididik menjadi ksatria. Berikut curriculum vitaenya :
1.Nama :Antasena. 2. Profesi : Raja Girisamudra. 3. Ayah : Bima/Werkudara. 4. Ibu :Dewi Urangayu. 5. Istri : Janakawati, Dewi Manuwati, Dewi Manuhara. 6. Ajian : Mampu terbang, amblas bumi dan menyelam di air. Kulitnya terlindung sisik udang yang membuatnya kebal terhadap segala jenis senjata. Sungut upas, air Madusena.
Sebagai Kepala Staf Angkatan Laut Amarta, yang memimpin marine troops bala tentara Pandawa, ternyata Antasena tidak hanya menguasai samudra, kesaktiannya lintas alam. Kalau kakak-kakaknya seperti Gathotkaca bisa terbang menguasai angkasa dan Antareja bisa ambles bumi, Antasena bisa terbang, ambles bumi dan menyelam menjelajah samudra.
Mengingat kesaktiannya yang ngedhab-edhabi itu, dirancang sekenario agar Antasena meninggal dunia sehingga tidak ikut perang Bharathayudha. Yah, jika Antasena ikut terjun dalam peperangan di Padang Kurusetra itu dijamin peperangan cepat selesai, tidak dahsyat dan tidak seimbang antara Pandawa dan Kurawa. Meniadakan Antasena dalam peperangan Bharatayudha merupakan skenario Kresna, penasihat dan juru taktik keluarga Pandawa.
Pada saat Perang Bharatayudha akan pecah, Bathara Kresna menginstruksikan, Antasena menghadap Sanghyang Wenang di kahyangan Alang-alang Kumitir untuk meminta restu. Bersama sepupunya Wisanggeni, putra Raden Janaka menanyakan tentang dirinya, bagaimana sikapnya menghadapi perang Bharatayudha. Sanghyang Wenang menjelaskan bahwa mereka berdua  tidak terdaftar di dalam kitab Jitapsara. Sanghyang Wenang  menjelaskan bahwa kemenangan akan berada di pihak Pandawa, jika mereka tidak turut serta dalam pertempuran di Kurukhsetra. Akhirnya Antasena dan Wisanggeni memutuskan untuk tidak kembali ke dunia, keduanya mengheningkan cipta, dan akhirnya moksa besama Jasadnya di kahyangan Sanghyang Wenang.
Ada satu lakon yang menarik untuk penggemar wayang kulit, khususnya bagi wong Tlatah Banyumas Raya. Pada saat Resi Bisma mengadakan perlombaan untuk membuat sungai menuju bengawan Gangga. Cucunya, Korawa dan Pandawa saling bersaing, Werkudara dibantu pasukan dari Kisik Narmada yang dipimpin Antasena dan berhasil membuat sungai yang oleh Resi Bisma diberi nama Sungai Serayu. Sedangkan Kurawa hanya berhasil membuat sungai yang tembus ke Sungai Serayu, dan sungai itu diberi nama Kelawing atau terbalik. Dalam pedalangan, Kelawing juga disebut Kali Cingcinggoling. Sungai Serayu melintas dari Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Sungai Kelawing ada di Purbalingga.
Ki Dhalang menggambarkan Antasena berwatak polos dan lugu, namun teguh dalam pendirian. Jujur, terus terang, bersahaja, berani kerena membela kebenaran, tidak pernah berdusta.Dalam berbicara dengan siapa pun, ia selalu menggunakan bahasa ngoko sehingga seolah-olah tidak mengenal tata krama. Namun hal ini justru menunjukkan kejujurannya di mana ia memang tidak suka dengan basa-basi duniawi.
Begitulah kisah pahlawan superhero pribumi di jagad pewayangan yang benar-benar sakti mandraguna tak terkalahkan. Hebat bukan? Tak kalah dengan produk Marvel kan? Selanjutnya ikuti kisah pahlawan superhero jagad pakeliran Tanah Jawa yang tak kalah menarik dan tak kalah sakti, Wisanggeni ..... (bersambung)
Â