UN meminta korba lagi! Sejak tahun 2002, UN dilaksanakan selalu menuai masalah. Kali ini Leony Alvionita (14) siswi SMPN 1 Tabanan, Bali, gantung diri seusai pulang dari mengikuti ujian nasional, Selasa (6/5) sekitar pukul 11.00 Wita. Kepolisian Resor Tabanan menduga siswitersebut frustasi karena merasa gagal mengerjakan soal ujian Matematika.
Leony ditemukan ibunya menggantung di kamar tidurnya di lantai dua rumah toko yang disewa keluarganya. Orangtuanya sempat membawa Leony ke rumah sakit, tetapi dia akhirnya meninggal. Pelaksanaan UN SMP juga tercoreng kuatnya dugaan kebocoran soal. Di SMPN 67 Jakarta, di Kediri, Jember, Jawa Timur, dan di SMPN 15 Padang. (Kompas Com, Kamis, 8 Mei 2014 | 16:38 WIB)
Sebelumnya saat UN SMA seorang siswa berprestasi yang pernah meraih medali perak dalam International Competition and Assessments for Schools 2012 yang diadakan Educational Assessment Australia (EAA) siswa SMA Khadijah Surabaya, Nurmillaty Abadiah, menulis Surat Terbuka UN untuk Mendikbud. Berawal dari ungkapan hati mengenai sulitnya ujian nasional (UN) yang di-posting di Facebook, Nurmillaty Abadiah kini menjadi buah bibir banyak orang. Apalagi “surat terbuka” siswi SMA Khadijah Surabaya yang mengkritik pelaksanaan unas itu langsung ditujukan kepada Mendikbud M. Nuh.
Intinya, Nurmmillaty dan teman-teman kelasnya merasakan soal UN yang baru saja diikuti sangat sulit. Mereka khawatir dengan nilai yang didapat nanti dan nasib kelulusannya. Saat curhat itu, Taty demikian panggilannya sampai menangis, sesuatu yang jarang dilakukan. “Saya takut tidak lulus,” . Di antara enam mata pelajaran yang diujikan, yang paling sulit adalah soal matematika. Bahkan, guru matematika nya tidak bisa menjawab soal-soal UN tersebut. (Radar Banyumas, 2 May 2014)
UN tahun 2014, bagaimana tidak meminta korban ataupun menimbulkan teror kecemasan ketidaklulusan, bukan saja gelombang mencontek, kebocoran soal bahkan sampai korban bunuh diri. Ternyata kreativitas dan inovasi Kemendikbud bukan saja 20 paket soal yang berbeda untuk satu ruangan juga plagiat soal berstandar internasional dari PISA. (Kompas Com. Rabu, 7 Mei 2014 | 17:35 WIB) Sungguh, UN, geger moer lagi.
Akibatnya, berulang kali pelaksanaan UN selalu menimbulkan masalah. Kemendikbud tidak pernah menyadari adanya mismatch management dan terlalu ndableg dengan konsepnya tanpa mau memperhatikan masukan-masukan, saran, kritik dan keluhan masyarakat. Pola top down dan bertindak selaku regulator otoriter yang mengesampingkan dialog demi langgengnya kuasa fasilitas menyebabkan UN menjadi rumit, ruwet, menegangkan dan menciptakan histeria massal dan korban pun bertumbangan. Mereka menjadi martir UN.
Semoga dengan berakhirnya kabinet pimpinannya SBY ini , pemerintahan baru kelak presidennya bisa memilih figur Kemendikbud yang memiliki visi dan misi ala Ki Hajar Dewantara, bukan go international yang berlebihan melupakan jati diri bangsa. Amin .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H