Nek jagat politik lakone Petruk Dadi Ratu ada beberapa tafsir jadinya. Pertama, Kere Munggah Bale. Ing atase punakawan, abdi, lalu berkuasa, jadilah semaunya sendiri menggunakan aji mumpung. Tafsir kedua, merupakan simbol pembangkangan terhadap kesewenangan para dewa penguasa yangtidak menggubris kawula, hukum disingkirkan, korupsi merajalela,hanya mementingkan diri sendiri atau kelompoknya, maka Petruk berbekal Jimat Kalimasada mengobrak abrik para penguasa. Tafsir ketiga, Petruk yang rakyat jelata, wong cilik, yang biasa susah, lalu memandu wong cilik menuju nagari gemah ripah loh jinawi, tata tentrem, kerta raharja.
Ketika Megawati Sukarnoputri menulis Perintah Harian memberikan mandat kepada Jokowi sebagai Capres PDIP, peristiwa ini jangan dimaknai sebagai lakon Petruk Dadi Ratu tafsir Kere Munggah Bale. Petruk, memiliki karakter positif yaitu,bentuk panjang yang menyimbolkan pemikiran panjang.nakal dan cerdas, serta bermuka manis dengan senyuman yang menarik hati, pandai berbicara.
Tafsir ketiga yang paling tepat. Namun, lakon Petruk Dadi Ratudi dalam jagat pakeliran kadhung negatif konotasinya. Ciptakan lakon baru : Bawor Dadi Raja. Nah ketika  Bawor benar-benar jadi Capres 2014 maka lelakon jagat politik tanah air makin menarik. Tahun 2014tahun politik. Maka Bawor harus jadi raja bukan Petruk yang jadi ratu. Bawor, sebagai kawula alit, yang empunya suara rakyat (vox populi) merupakan suara Tuhan (vox Dei).
Bawor menggantikan Petruk
Kocap kacarita, tatkala Petruk bisa mengalahkan Gatotkaca palsu jelmaan Dewi Mustakaweni yang mencuri Jimat Kalimasada, bukannya jimat itu diserahkan kepada Puntadewa, malah disematkan di kepalanya. Petruk jadi sakti mandraguna lalu menobatkan dirinya menjadi Prabu Welgeduwelbeh di Kerajaan Lojitengara.Satria, raja-raja dan para dewa ditaklukannya, kebobrokan dan kebusukan para raja penguasa dibongkarnya. Namun Petruk terlena lupa diri jadi semau-maunya.
Agar lakon Petruk Dadi Ratu tidak terpuruk terus dalam kubangan konotasi negatif maka sang dhalang harus mengubah dhapukan. Petruk diganti Bawor, mengkreasi lakon carangan baru, agar Bawor Capres 2014 ini berakhir happy ending mampu memandu, merancang Indonesia Baru menuju nagari gemah ripah loh jinawi, tata tentrem, kerta raharja.
Dhalang senior gagrak banyumasan Ki Sugito Purbocarito menjelaskan karakter Bawor dari segi penampilan bentuk dan bagian-bagian tubunya yaitu, bathuk menonong : pemikir; mata amba : awas; cangkem amba : pandaidiplomasi; weteng njemblung : banyakilmu, pinter tapi mbodo lan ora keminter. Ditambah watak: sabar lan nrima, apa adanya dalam kehidupan kesehariannya. Berjiwa kesatria (jujur, berkepribadian baik, toleran) rukun, suka membantu orang lain, mengutamakan kepentingan bersama. Cacutan/cacut tali wanda (rajin dan cekatan) Cablaka, lahir batinnya terbuka terhadap pertimbangan yang matang dari apa yang diucapkan secara spontan dengan bahan yang lugas, tanpa tedheng aling-aling atau eufemisme. (Budiono Heru Satoto) Lengkaplah sudah karakter Capres 2014 ini.
Megawati, dhalang pencipta lakon baru
Ketika orang meragukan kemampuan Bawor Capres 2014 ini, katanya, sama dengan cerita Katak Hendak Jadi Lembu atau si Pungguk Merindukan Bulan, Megawati justru menunjukkan pribadi negarawan. Hak prerogratif yang dimilikinya tidak digunakan untukdirinya atau untuk trah Soekarno. Jaleswari Pramodhawardani (Kompas 15/3/2014) menyebutnya sebagai transfomasi politik. Jokowi, merupakan representasi dari transformasi kepemimpinan baru yang diharapkan jadi pelopor kepemimpinan kaum muda.
Nyong, uga ngguyu, maca gugon tuhonne emake Sukardi Rinakit (Kompas) sing jere kang ramalan Jayabaya.Pada suatu masa nanti, bekas kerajaan Majapahit akan lebih adil dan makmur apabila dipimpin oleh anak yang lahir di dekat Gunung Lawu, rumahnya pinggir sungai, masa kecilnya susah, tukang cari kayu, badannya kurus seperti Kresna, keras kepala seperti Baladewa, kalau memakai baju tidak pantas, ada tahi lalat di pipi kanannya...
Semoga lakon baru BaworDadi Raja karya Megawati Sukarnoputri sang negarawan ini yang ikhlas memutus mata rantai kepemimpinan partai dari darah biru trah Soekarno ke rakyat biasa kawula alit dari lereng Gunung Lawu ini menjadi gerbang emas menuju Indonesia Baru gemah ripah loh jinawi, tata tentrem, kerta raharja.Ooooo ..... bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelip
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H