Â
Kemiskinan merupakan salah satu isu sosial yang terus menjadi perhatian utama di berbagai negara, khususnya di negara berkembang. Kemiskinan merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek kehidupan, tidak hanya terbatas pada kekurangan ekonomi, tetapi juga mencakup ketidakmampuan individu atau kelompok untuk mengakses layanan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi yang setara. Salah satu konsep dalam memahami kemiskinan adalah kemiskinan structural. Kemiskinan structural adalah bentuk kemiskinan yang mengacu pada kondisi di mana struktur sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau masyarakat secara sistemik menciptakan dan memperburuk kemiskinan. Kemiskinan struktural terjadi ketika sistem ekonomi dan kebijakan yang ada secara tidak adil mendistribusikan sumber daya, sehingga menghalangi sebagian besar masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Kemiskinan struktural sering kali terkait dengan ketidaksetaraan dalam pendistribusian kekayaan, akses terhadap pekerjaan yang layak, pendidikan yang berkualitas, serta sistem sosial yang tidak inklusif. Masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan struktural biasanya menghadapi berbagai hambatan yang sulit untuk diatasi, termasuk terbatasnya akses terhadap pendidikan yang memadai, rendahnya kualitas pekerjaan, dan ketidakmampuan untuk mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sistem baik itu dari sisi ekonomi, hukum, maupun politik, sering kali memperburuk ketidaksetaraan ini, yang pada gilirannya membuat individu dan kelompok yang terpinggirkan semakin sulit untuk keluar dari jerat kemiskinan.
Fenomena kemiskinan struktural ini tidak hanya merugikan individu, tetapi juga mempengaruhi perkembangan sosial dan ekonomi negara secara keseluruhan. Ketika sebagian besar masyarakat terperangkap dalam kemiskinan, potensi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara akan terhambat. Oleh karena itu, untuk mengatasi kemiskinan, penting untuk melakukan reformasi struktural yang dapat mengubah sistem yang ada, menciptakan akses yang lebih adil terhadap peluang-peluang ekonomi, serta memastikan adanya distribusi sumber daya yang lebih merata.
Salah satu contoh nyata dari kemiskinan struktural dapat ditemukan di kawasan Manggarai, Jakarta. Di daerah ini, sering terjadi tawuran antar pemuda yang menjadi semacam "tradisi" yang sulit dihilangkan. Fenomena ini mencerminkan bagaimana kemiskinan struktural beroperasi dalam kehidupan sehari-hari. Ketidakmampuan pemerintah untuk menciptakan kebijakan yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang lebih miskin, serta adanya diskriminasi dalam akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, adalah contoh nyata dari kemiskinan struktural yang masih berlangsung hingga kini.
Dilansir oleh Kompas.com, (2019), Imam Prasodjo selaku Sosiolog UI mengatakan bahwa "Di sana (Manggarai) terdapat berbagai macam kegiatan orang bertahan hidup. Dari yang legal maupun illegal, bercampur-campur di sana. Ada permukiman isinya orang mabuk, peredaran narkoba, itu semua segala macam underground activity." Hal tersebut seolah memperkuat bagaimana peliknya masalah-masalah sosial di Manggarai yang diantaranya diakibatkan oleh kemiskinan struktural.
Selain itu, pekerjaan seperti "pak ogah" atau pedagang asongan sering kali menjadi pilihan bagi mereka yang terjebak dalam kemiskinan struktural. Pekerjaan semacam ini tidak memberikan jaminan kesejahteraan dan sering kali tidak dapat membebaskan individu dari kemiskinan (Abdurakhman 2017).
Kasus-kasus tersebut menunjukkan bagaimana kemiskinan struktural tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga memengaruhi dinamika sosial dan ekonomi di masyarakat. Hal ini mencakup ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan, pekerjaan, sumber daya yang diperlukan untuk mencapai kehidupan yang layak, dll. Oleh karena itu, untuk mengatasi kemiskinan struktural, dibutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif. Seperti mereformasi kebijakan yang lebih adil, peningkatan akses pendidikan bagi semua lapisan masyarakat, serta penciptaan peluang ekonomi yang lebih merata merupakan langkah-langkah penting yang harus diambil. Persoalan tersebut tentunya bukan hanya soal memberikan bantuan sementara, tetapi lebih kepada memberi kesempatan bagi setiap individu untuk memperbaiki kehidupannya sehingga hal ini dapat membantu dalam mengurangi kesenjangan yang ada dan membangun masyarakat yang lebih adil dan berdaya.
Â