Konferensi Guru yang telah dilaksanakan di Auditorium Perpustakaan Nasional 25 November 2014 kemarin telah mengubah sebuah paradigma dan kesiapan guru dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Kegiatan ini diikuti oleh kurang lebih 200 an guru se-JABODETABEK. Kegiatan ini pun mengundang pembicara yang mumpuni dibidangnya.
Acara ini dimulai pada pukul 08.00 dengan registrasi peserta terlebih dahulu. Sebelum registrasi semua guru yang hadir difoto di wall booth foto yang telah disediakan.
Narsis di wall booth indiTIK (dokumentasi pribadi)
Setelah difoto guru diberikan sebuah stiker aksi gerakan Indonesia Terdidik TIK.
Setelah difoto dan mendapatkan sebuah stiker lalu tiap guru dipersilakan untuk registrasi. Setelah registrasi dan menunggu di tempat yang disediakan lalu guru-guru menunggu kembali untuk dapat masuk ke dalam auditorium PERPUSNAS tersebut. Saya berfikir ada sebuah kejutan di dalam seperti red carpet piala OSCAR ataupun blue carpet Fullbright Award (penghargaan sejenis nobel). #ngayal.com.
Detik-detik yang menegangkan pun hadir. Tepat pukul 09.00 para guru dipersilakan untuk masuk ke dalam ruangan auditorium PERPUSNAS dan dipersilakan untuk mengisi kursi terdepan yang kosong terlebih dahulu. Saya pun mengambil posisi kursi paling kiri di baris ke dua dari depan. Karena posisi tersebut sangat pas suara pembicara dengan tidak menggema sama sekali.
Saat masuk dan menunggu para guru dihidangkan dengan sebuah tampilan video dari sebuah gerakan Indonesia Terdidik TIK. Video ini saya berfikir sebagai saat-saat menunggu untuk hadirnya pembicara. Namun, pikiran liar saya mencegah untuk hal tersebut. Karena pembicara pertama telah hadir dan telah menyapa para guru sebelum jam 08.00 dan pergi kembali ke sekolah yang dipunyai pembicara tersebut karena peserta yang hadir belumlah banyak.
Akhirnya 15 menit berlalu meninggalkan pukul 09.00. Saat-saat yang dnantikan untuk dimulainya acara pun dilangsungkan. Acara dibuka oleh MC. Lalu dilanjutkan dengan sebuah do’a. Setelah do’a baru dilanjutkan sepatah dua patah kata dari Hendra Yudha (Ketua Djalalluddin Pane Foundation).
Di saat memberikan kata sambutan tersebut Hendra menyampaikan di depan para guru bahwa Tantangan guru ke depan lebih menantang dan mari bersama menangani masalah dan menghadapinya terutama menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Selain itu Hendra juga mengatakan bahwa guru pun sebaiknya bisa melakukan aktivitas nge-blog.
Penyampaian kata sambutan dari Hendra sangat singkat karena pembicara pertama telah hadir. Hendra pun menyudahi kata sambutannya. Lalu, acara pun dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh Prof. Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku pakar pendidikan dengan dimoeratori oleh mas Ghaib selaku pimred Sindo-Trijaya FM.
Pada awal pembicaraan pak Dr. Arif menyinggung dan menyentil panitia dengan tiga buah kritikan, yaitu yang pertama bahwasanya panitia mengundang pak Dr. Arif dengan sebutan Konferensi. Padahal seharusnya yang sebenarnya adalah seminar karena isi acara lebih banyak materi dan motivasi kepada guru nantinya. Nah, kalau konferensi tentu aka nada pengurus yang akan dipilih dan ditetapkan. Padahal kegiatan ini kan hanya sekedar pemberian materi. Begitulah pak Dr.Arif menyangkal sebuah kata konferensi. Dilanjutkan kembali oleh Dr. Arif untuk kritikan kedua nya yaitu berkaitan dengan sapaan dan panggilan dari MC terkait namanya. Nama yang benar adalah Arif Rahman bukan Arif Rahman Hakim karena Arif Rahman Hakim meninggal ditembak oleh Cakrabirawa. Pada saat aksi penembakan Arif Rahman Hakim tersebut Dr. Arif terletak tidak jauh dari lokasi. Dan oleh sebab itu jangan menguubah nama seseorang. Nah, untuk kritikan yang ketiga Dr. Arif menyampaikan bahwa MC dan saat acara tidak etis jika kita memanggil dengan “waktu dan tempat dipersilakan.” Hal ini juga menegur kepada guru untuk lebih berhati-hati dalam berbicara, apalagi sebagai pengemban amanah sebagai seorang guru yang tugasnya adalah mendidik. Oleh sebab itu penggantian “waktu dan tempat dipersilakan” bisa diganti dengan “kepada Bapak dipersilakan.”
Setelah pemberian kritik Dr. Arif mengulas dengan definisi pendidikan dan fungsi pendidik sebagaimana yang terdapat pada UU SISDIKNAS pasal 1 ayat 1 dan pasal 3. Pendidikan disini lebih pas diartikan bahwa pendidikan itu tidak mencetak tetapi mengembangkan kemampuan.
Kondisi ruangan terasa segar dan hidup, namun pak Dr. Arif melihat kejanggalan dimana melihat beberapa guru mencatat dan mencatat. Lalu Dr. Arif menanyakan kepada moderator terkait materi yang disampaikan apakah tidak diberikan fotokopi nya. Moderator pun menjawab nanti akan dikirim via email setelah acara berakhir agar peserta (guru) bisa fokus. Lalu, Dr. Arif kembali mengkritik panitia bahwa seharusnya foto kopian materi sudah diberikan kepada peserta. Kalau nanti setelah acara selesai ya sudah basi. Begitulah Dr. Arif kembali mengkritik panitia. Untuk fokus dan tidak fokus justru dengan adanya foto kopi peserta akan lebih fokus menambahkan apa yang belum ada dalam ringkasan materi yang berupa kopian tersebut. Kalau tidak foto kopiannya justru peserta hanya mencatat terus. Hal ini sama saja seperti pendiktean.
Mengingat waktu yang singkat Dr. Arif pun melanjutkan materinya. Dalam hal mendidik tidak terlepas dari adanya sebuah proses pembelajaran. Proses pembelajaran menurut PP no.19 tahun 2005 bahwa Prposes pembelajaran diselenggarakan sedemikian rupa sehingga terasa hidup, memotivasi, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologisnya.
Oleh sebab itu dalam prposes pembelajaran, pendidik memberikan keteladanan. Saat di kelas maka seorang pendidik (guru) harus membuat hidup kelasnya karena guru adalah seorag sutradara nya sedangkan pemainnya adalah siswa. Jangan membuat kondisi kelas mati. Ditambahkan pula oleh Dr.Arif bahwa selalulah tersenyum saat memasuki kelas. Hindari dan tinggalkan kondisi apapun yang akan mengganggu kondisi hidupnya kelas. Joke dari Dr. Arif cukup renyah seperti sang guru tidaklah boleh saat masuk ke ruang IPS dengan raut muka yang jutek, marah dan kondisi buruk lainnya sedangkan saat masuk ke dalam ruang kelas IPA dengan wajah yang menggembirakan. Hilangkanlah hal tersebut. KArena guru adalah pencetak peradaban.
Selain itu, guru juga sudah selayaknya membuat sebuah nuansa emosional siswa dengan kondisi AKU, A diartikan sebagai Ambisi, K sebagai Kemauan, dan U sebagai Usaha.
Dasar-dasar pendidikan di Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, Kebudayaan, serta tantangan zaman.
Untuk melaksanakan pendidikan dengan dasar pendidikan tersebut sebuah pilar pendidikan yaitu Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be, dan Learning to Together. Dalam hal mendidik ini juga guru sudah selayaknya bersyukur karena bertanggung jawab atas apa yang diembannya. Hal ini sesuai dengan firma Allah surat Ibrahim ayat 7.
Menjalani sebuah tanggung jawab tersebut maka peran guru yang tidak boleh terlupakan yaitu : Orientasi kepada siswa, dinamis, dan demokratis. Nah, sudah selayaknya seorang guru juga menjadi ‘guru yang tangguh’. Guru yang tangguh itu memiliki ciri dari integritas, percaya pada nalar, empati, kemerdekaan/kemandirian, keberanian, rendah hati, rasa keadilan, dan tahan deraan.
Pada akhir materi, Dr Arif mengingatkan kepada guru untuk tetap menjaga suasana pendidikan yang tetap harus hidup dan tidak boleh tegang.
Sebuah materi dari Dr. Arif pun diakhiri pada pukul 10.00. Namun sebelum melanjutkan kepada pemateri kedua, Moderator pun mempersilakan kembali kepada pak Hendra untuk melanjutkan kata sambutan nya yang singkat pada awal pembukaan tersebut dikarenakan pak Dr. Arif yang telah hadir. Dalam lanjutan kata sambutannya pak Hendra menjelaskan tentang sbuah arahan visi dan misi dari Djalaluddin pane Foundation terkait adanya pendidikan TIK kepada khalayak terutama kepada sekolah-sekolah yang membutuhkan TIK.
Setelah kata sambutan dari Hendra maka dilanjutkan dengan materi kedua yang disampaikan oleh pak Uwes Anis Chaeruman, S.Pd, M. Pd yang bekerja di PUSTEKKOM.
Pada awal penyampaian materi dari pak Uwes (begitu sapaan akrabnya), beliau menyampaikan terkaiit esensi dari adanya Kurikulum 2013? Untuk menjawab hal ini maka pak Uwes pun memberikan 4 buah kasus proses pembelajaran. Dari ke empat kasus pembelajaran tersebut akhirnya pak Uwes menjelaskan bahwa pada kasus 4 adalah kasus pembelajaran kuno dengan teknologi modern. Hal ini sangat tidak sesuai dengan Kurikulum 2013.
Slide materi pak Uwes (Dokumentasi pribadi)
Lalu pak Uwes pun melanjutkan sebuah kaus yang pertama, bahwa kasus tersebut adalah kasus proses pembelajaran moderna dengan teknologi sediakala. Kasus ini sangat tidak sesuai dengan adanya tuntutan Kurikulum 2013.
Slide materi pak Uwes (dokumentasi pribadi)
Nah, yang terakhir adalah dua buah kasus yang kedua dan ketiga. Kasus ini adalah kasus proses pembelajaran moderna dengan teknologi modern (sangat sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013).
Slide presentasi materi pak Uwes (dokumentasi pribadi)
Jadi, sebenarnya tuntutan dari adanya esensi kurikulum 2013 yaitu merubah paradigm. Hal ini yang juga menjadi sebuah tantangan pendidik International yaitu “merubah paradigma guru.”
Sebuah paradigma yang harus dibangun di era digital teknologi ini yaitu jangan salah menggunakan teknologi. Teknologi tidak terletak pada hard technologynya tapi pada soft technologinya. Hard technology disini diartikan sebagai model dan tipe dari teknologi, sedangan soft technology disini diartikan sebagai kegunaan dari adanya teknologi. Dalam hal dunia digital ini dimana pelajar sekarang adalah kaum digital maka membeli sebuah perangkat teknologi berdasarkan kebutuhan dari soft tech nya tadi. Yaitu apa saja perangkat yang disediakannya untuk menunjang pendidikan. Buat apa membeli tab jika yang digunakan hanya sms dan telepon. Begitulah sindiran yang disampaikan pak Uwes.
Oleh sebab itu selaku guru yang mendidik pelajar agar pelajar kita tidak terjebak latah teknologi maka guru harus mendidik pelajar agar melek teknologi. Bahkan yang lebih parah lagi yaitu siswa terjebak kepada korban dari teknologi sendiri, yaitu menggunakan teknologi kepada kesia-siaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka guru perlu melibatkan TIK dalam pembelajaran saintifik yang 5M (mengamati, mencoba, menalar, menanya, dan mengkomunikasikan). Dalam pembelajaran dengan kurikulum 2013 yang diharapkan yaitu bagaimana seorang guru merekayasa proses pembelajaran dimana pelajar menggunakan teknologi tersebut. Guru bisa melakukan dengan pemberian tugas kepada siswa berupa menyampaikan ulang materi yang telah disampaikan dalam bentuk puisi, atau video dan diupload di Youtube. Atau yang sederhana nya bisa dengan cara siswa membuat tugas dengan mengirim email kepada guru.
Berkaitan dengan hal ini, maka kepada kepala sekolah bukan melarang siswa dalam hal membawa HP, Laptop, Tab dan lain-lain tapi seharusnya mengawasi siswa dalam hal penggunaannya tersebut.Begitulah sebuah materi yang telah disampaikan pak Uwes kepada ratusan guru di Salemba kemarin. Jeda istirahat pun dilangsungkan dari pukul 12.15 hingga 13.15 untuk makan, sholat dan istirahat.
Acara kembali dilanjutkan dengan sharing session bersama Wijaya Kusumah, S.Pd, M.Pd dengan dimoderatori oleh Fadhli Sungkara selaku Presnter di Sindo-Trijaya FM dan Sindo TV.
Om Jay begitu sapaan akrab Wijaya Kusumah, mengawali sharing session dengan awal kehidupannya menjadi seorang blogger. Sebelum menjadi blogger om Jay hanyalah seorang guru TIK biasa. Lalu dengan aktivitas nge-blognya akhirnya omJay bisa menjadi trainer hingga mendapat penghargaan dari tulisan-tulisan di blognya. Dan yang serunya lagi yaitu om Jay pernah menjadi pemenang dari sebuauh tulisan ilmiahnya dan pernah pula om Jay memenangkan hadiah dalam membukukan tulisan nya yang ada di blog. Semua itu berkah dari tulisan di blog nya untuk senantiasa berbagi tanpa mengharap imbalan. Berbaginya tentu lewat tulisan dalam blognya. Karena berbagi ini juga adalah sebuah peran dari seorang guru yang senantiasa memberikan keteladanan di mana pun. Guru tetaplah menjadi seorang guru dimana saja. Oleh sebab itu agar peran seorang guru senantiasa dikenang perlulah kiranya seorang guru memberikan isnpirasinya lewat tulisan. Dalam hal ini bisa melalui blog.
Om Jay juga memberikan sebuah semangat kepada guru lewat curhatan para guru dalam sesi terakhir yaitu sharing session. Curhatan ini sungguh memantik guru untuk memberikan inspirasinya dengan menulis terutama di blog.
Kegiatan ini sungguh berarti bagi guru dan juga saya tentunya. Dan pada akhir penutup acara ternyata saya mendapat sebuah hadiah dari lomba live tweet competition selama acara. Senangnya saya mengikuti acara ini selain ilmu, sharing dan juga hadiah yang saya dapatkan. Alhamdulillah..:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H