[caption caption="Pemeran, Musisi dan Kru Film Bidadari Terakhir"][/caption]
Film yang bergenre romance, menjadi sebuah hidangan rasa bagi diri yang ingin merasa nyaman. Ditambah dengan nuansa latar film yang apik menambah indahnya sebuah film. Film berjudul Bidadari Terakhir menampilkan setting di kota Balikpapan yang penuh dengan keindahan kotanya.
Eva (diperankan oleh Whulandary Herman, pemenang Putri Indonesia tahun 2013) , adalah seorang Pekerja Seks Komersil (PSK) di sebuah klub malam bernama Paradiso (surga). Eva melakukan pekerjaannya menjadi seorang PSK semata-mata untuk mendapatkan uang yang banyak dengan cara yang cepat dan praktis. Berbeda dengan kebanyakan PSK yang ada, Eva menjual dirinya dalam rangka membantu penyembuhan ibunya yang terkena penyakit radang empedu. Disinilah pesan yang ingin disampaikan dalam film ini, sekelam-kelamnya seseorang pasti ada niat baik yang senantiasa mengiring, bisa diibaratkan dengan sebuah anekdot: Buatlah Dunia Seimbang Agar Hidup Menjadi Adil.
Suatu waktu saat menunggu pelanggannya di Paradiso, Eva bertemu dengan Rasya (diperankan oleh Maxime Bouttier). Rasya merupakan anak Tama (diperankan oleh Ikang Fawzi), seorang pejabat PNS berkarir cemerlang. Rasya hidupnya lurus-lurus saja, merupakan sebuah doktrin dari ajaran Tama. Bagi Rasya, “Semuanya harus direncanakan dan masa depan akan cemerlang.” Bahkan, pendekatan seorang wanita bernama Maria (diperankan oleh Stella Cornelia) diacuhkan oleh Rasya karena bertentangan dengan rencana besarnya untuk mengikuti jejak kesuksesan seperti Tama.
Pertemuan Eva (21) dengan Rasya (17), pelajar SMA, di Paradiso pertama kalinya merupakan pertemuan tanpa direncanakan. Pertemuan itu dikarenakan Rasya yang sedang menunggu Hendra (diperankan oleh Julian Jacob) yang sedang main dengan seorang wanita penghibur.
Lama kelamaan, mereka berdua saling bertemu, dan berada dalam kamar hotel. Akhirnya mereka merasa klop dan selalu berada dalam nuansa cinta yang apik. Berada dalam kamar hotel tidak membuat mereka berdua terjerat hubungan badan. Namun, mereka berdua hanya saling berbagi ilmu kehidupan satu sama lain.
Berkat Eva jualah Rasya akhirnya bisa menghafal pelajaran dengan mudah, terutama menghafal biologi yang lebih banyak mengandung bahasa latin dan bagian-bagian dari ilmu biologi itu sendiri. Begitupun sebaliknya Rasya pun membantu Eva untuk bisa mandiri dalam hidupnya.
Saat hidup Eva dan Rasya menjadi pribadi yang menyatu dan klop satu sama lain, sebuah takdir berkata lain. Hadirlah Maria yang juga tak bosannya mendekati Rasya. Disinilah nuansa film romance ini layak ditonton khusus untuk orang yang berumur saja. “Film ini diperuntukkan untuk kalangan dewasa,” begitulah ucap Awi selaku sutradara film ini saat konferensi pers di Epicentrum XXI hari Senin (7/9).
Kekuatan akting pada film ini juga hadir begitu saja meskipun pemain film ini adalah pemain dengan karakter baru dibanding dengan film-film yang pernah dimainkannya. Sebutlah Maxime yang memerankan tokoh Rasya yang memiliki kepribadian pada film-film sebelumnya sebagai playboy dan bukan orang yang lurus-lurus saja. Pemain lain seperti Whulandary juga mengalami hal yang sama, yaitu bermain film untuk kali pertama. “Kekuatan karakter aku dalam film ini justru hadir saat aku sedang observasi di sebuah klub malam di Balikpapan bersama kru film, bahkan ada seseorang yang menanyakan tarif malamku di klub tersebut, ” ucap Whulandary dengan tersenyum saat konferensi pers berlangsung pada hari Senin (7/9).
Selain kekuatan akting dari pemain, film ini juga menampilkan nuansa settingan latar yang eksotik di kota Balikpapan diantaranya yaitu pelabuhan semayang, Jembatan Mahakam serta adanya kuliner yang sedap di kota Balikpapan. Angle-angle dalam pengambilan gambar setiap sisi kota Balikpapan membuat film ini memikat hati penonton untuk dapat berkunjung ke kota Balikpapan yang indah.